TIPE-TIPE DIPLOMASI DAN DAN
INSTRUMEN DIPLOMASI
Ø Tipe-Tipe
Diplomasi
Di zaman yang modern ini diplomasi dikategorikan
menurut metode yang digunakan dalam hubungan diplomatic dan memiliki beberapa
tipe diplomasi:
1.
Diplomasi Komersil
Diplomasi ini merupakan diplomasi
borjuis atau diplomasi sipil yang didasarkan pada anggapan bahwa penyelesaian
kompromis antara mereka yang berselisih melalui negosiasi adalah “pada umumnya
lebih menguntungkan daripada menghancurkan total musuh-musuh”. Salah satu
tujuan diplomasi yang bermanfaat adalah untuk berusaha mencapai suatu
persetujuan melalui negosiasi. Sekarang ini kekuatan suatu Negara sebagian
besar tergantung pada sumberdaya dan ekonomi melalui diplomasi dan cara-cara
damai. Dari instrument ekonomi ini perdagangan adalah yang paling penting.
Bersamaan dengan perdagangan dan perniagaan, pemberian sanksi bantuan ekonomi
juga telah menjadi alat diplomasi paling penting dan bisa disebut sebagai
diplomasi komersil atau diplomasi melalui ekonomi, yaitu diplomasi yang
dikaitkan dengan factor ekonomi. Interumen ekonomi sangat luas diterapkan dalam
waktu perang dan damai; perdagangan internasional dan bantuan internasional
digunakan sebagai alat diplomasi yang memudahkan pada masa damai. Selama perang
dan bahkan selama perang dingin, berbagai tindakan ekonomi sering merupakan
yang paling secara efektif digunakan serta sebagai alat memaksa lawan. Dengan
berakhirnya Perang Dunia I dan II
factor-faktor ekonomi selalu memainkan peran dalam hubungan-hubungan
diplomatik, tetapi dalam dunia sekarang aspek ekonomi dari diplomasi telah
memperoleh kedudukan penting yang semakin besar: mereka sekarang ini bisa
dianggap sebagai bagian integral dari diplomasi.
2. Diplomasi
Demokratis
Tipe diplomasi yang baru ini disebut
diplomasi demokratis. Dimana di sembarang demokrasi penguasa yang berdaulat
ditetapkan dalam wakil-wakil rakyat yang dipilih. Pengontrolan akhir politik
luar negeri berada pada mereka. Tetapi sampai Perang Dunia I negosiasi
diplomatic sering dijadikan rahasia tidak hanya kepada masyarakat umum tetapi
juga kepada wakil-wakil terpilih. Implikasinya adalah bahwa bisnis diplomasi
terlalu vital untuk dipegang secara rahasia ditangan para diplomat saja
prinsip-prinsip bentuk pemerintahan demokrasi meminta bahwa dalam urusan-urusan
yang mempengaruhi kepentingan vital Negara maka public harus tetap diberitahu
mengenai tiap tahap negosiasi. Seluruh bangsa tentu saja mustahil bila bisa
terinformasi tentang tahap-tahap negosiasi yang berbeda-beda. Tetapi seorang
diplomat harus selalu mecoba mempertahankan hubungan yang terus menerus dengan
dapartemen luar negeri negaranya. Sebaliknya dapartemen luar negerilah yang
harus menjaga agar para anggota mejelis terinformasi dengan baik mengenai
kemajuannya. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa keyakinan kuat
disebabkan oleh keyakinan bahwa negosiasi terbuka akan tetap berada di jalur
perjanjian yang masuk akal.
3. Diplomasi
Totaliter
Totaliterianisme modern muncul sesudah
perang dunia I. Pertumbuhannya disebabkan berbagai factor yaitu, nasionalisme
ekstrim, nasionalisme ekonomi dan pertimbangan ideologis adalah yang paling
vital dalam mengembangkan kecenderungan totaliter. Nasionalisme ekonomi
berfungsi memperkuat kecenderungan kepada nasionalisme. Pertumbuhan
ideology-ideologi moderen umumnya militant dan condong pada kecenderungan
totaliter. Diplomat yang melibatkan dalam perundingan mempunyai intruksi khusus
dan ia menyadari bahwa ia harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
penguasanya. Jadi diplomasi totaliter itu mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan diplomasi demokratis yaitu karena hanya diawasi oleh penguasa
tunggal yang tidak tunduk kepada pengawas lembaga yang lebih besar dan oleh
karenanya diplomat mengetahui dengan tepat seberapa jauh ia bisa memberi atau
mengakomodasi pandangan pihak lain. Diplomasi yang sukses itu punya kekuatan.
Diplomasi yang gagal menggunakan semua daya dalam pelaksanaannya, tidak
memperoleh banyak hasil dan tidak pula berperan sebagai srana efektif untuk memecahkan
konflik.
4. Diplomasi
Konperensi
Diplomasi melalui Konperensi menjadi
model mulai awal abad 20 dan konperensi Hague pada tanggal 1899 dan 1907 bisa
dianggap oleh sebagian orang sebagai contoh awal Diplomasi Konperensi. Sejak
Perang Dunia I jenis diplomasi ini mulai memainkan peran penting dalam hubungan
internasional. Keberhasilan atau kegagalan Konperensi sebagian besar,
tergantung pada seberapa professional para diplomat mempersiapkan jalan melalui
pembicaraan awal. Keberhasilan Kongres Wina, Kongres Berlin, dan lain-lain pada
abad ke-19, sebagian besar tergantung pada observasi actual dari factor-faktor
ini. Sesudah Perang Dunia I tipe baru diplomasi dengan terbentuknya organisasi
internasional semaca, Liga Bangsa-Bangsa. Sesudah Perang Dunia II PBB dan
berbagai badan internasional lainnya, juga berafiliasi dengan mereka. Diplomasi
multilateral atau parlementer merupakan tipe diplomasi konperensi.
5. Diplomasi
Diam-Diam
Istilah “diplomasi diam-diam” sangat
erat kaitannya dengan diplomasi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Diplomasi rahasia
dan terbuka mewakili dua jenis diplomasi yang berlawanan yang dipraktekkan oleh
Negara-negara, begitu juga diplomasai public dan diplomasi diam mewakili dua
jenis diplomasi yang diperaktekkan di Perserikatan Bangsa-Bangsa . tetapi kalau
diplomasi rahasia dan terbuka memiliki dua kutub yang berlawanan maka diplomasi
diam dan diplomasi public tidak begitu saling berlawanan, tetapi saling
melengkapi. Diplomasi diam-diam adalah sebuah tipe diplomasi yang telah dikembangkan dengan
pertumbuhan dan perkembangan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tetapi “diplomasi
diam-diam” bukanlah diplomasi rahasia “tipe strategi diplomatik lama” dalam
bentuk baru. Tipe diplomasi ini hanya subur dalam lingkungan badan dunia
seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dimana para wakil berbagai Negara bisa
berunding secara diam-diam tetapi tidap perlu rahasia, baik secara bilateral
maupun multilateral diluar pandangan public. Bagi Negara-negara besar merupakan
tipe diplomasi yang paling efektif. Diplomasi diam-diam, seperti diplomasi
public, adalah perkembangan cara-cara diplomasi tersendiri dalam Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Keberhasilan diplomasi di PBB banyak bergantung pada
keberhasilan percampuran dua tipe diplomasi.
6. Diplomasi
Preventif
Seperti diplomasi public dan diplomasi
diam-diam “diplomasi preventif” juga telah tumbuh dari teknik baru diplomasi
yang berkembang di PBB. Dalam zaman sesudah Perang Dunia II Negara-negara baru
saja merdeka dan Negara-negara terbelakang lainnya melihat dengan was-was
perluasan Perang Dingin dan kecenderungan hegemonistis kedua superpower. Perang
Dingin membuat diplomasi preventif menjadi penting, dan keberadaan sebuah
kelompok penting Negara-negara yang tidak memihak blok mana pun di PBB-lah yang menyebabkan hal itu. Inovasi
semacam diplomasi preventif hanya bisa terlaksana atas “penderitaan” kedua
superpower. Kedudukan penting diplomasi preventif sangat luar biasa sekarang
ini, karena apabila permusuhan dalam skala besar pecah lagi, seluruh dunia akan
terancam musnah. Oleh karena itu setiap usaha sedang dilakukan untuk
melokasikan permusuhan-permusuhan dan mengakhirinya sesegera mungkin; dan
kemudian bekerja bahu-membahu untuk perdamaian yang tidak akan menanam benih
perang dimasa mendatang.
7. Diplomasi
Sumberdaya
Diplomasi sumberdaya bisa diterapkan
oleh Negara-negara yang mempunyai sumberdaya bahan-bahan mentah seperti
batubara, besi minyak, uranium dan sebagainya. Apabila Negara-negara ini kuat
dan maju dalam bidang industry mereka bisa memperkuat kemampuan industry dan
militernya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya.
Ø Instrument
Diplomasi
Suatu
Negara bisa mencapai tujuan-tujuan diplomatiknya melalui berbagai macam cara.
Menurut Kautilya, bisa dilakukan dengan penerapan satu atau kombinasi beberapa
prinsip dari empat prinsip utama instrument diplomasi yaitu sama, dana, danda,
dan bedha. Perdamaian atau negosiasi, memberi hadiah atau konsesi, menciptakan
perselisihan, mengancam atau menggunakan kekuatan nyata. Kerjasama dan
penyesuaian bisa dicapai melalui negosiasi yang membuahkan hasil. Apabila
negosiasi gagal mencapai tujuan melalui cara damai, penentangan dalam berbagai
bentuk termasuk penggunaan kekuatan diambil sebagai ganti. Meski bedha membuat
perselisihan atau memecah brlah tidak memperoleh cukup pengakuan sebagai suatu
instrument diplomasi yang penting, tetapi manfaatnya tidak bisa dipungkiri. Ini
bisa dianggap sebagai sarana penting yang dipakai oleh diplomasi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Daftar
Pustaka:
Roy,
S.L 1991. Diplomasi. Jakarta: Rajawali Pers