Kamis, 29 September 2016

Tipe - tipe Diplomasi dan Instrumen Diplomasi - Risa Andriani (2014230062)



TIPE-TIPE DIPLOMASI DAN DAN INSTRUMEN DIPLOMASI



Ø  Tipe-Tipe Diplomasi
Di zaman yang modern ini diplomasi dikategorikan menurut metode yang digunakan dalam hubungan diplomatic dan memiliki beberapa tipe diplomasi:
1.      Diplomasi Komersil
Diplomasi ini merupakan diplomasi borjuis atau diplomasi sipil yang didasarkan pada anggapan bahwa penyelesaian kompromis antara mereka yang berselisih melalui negosiasi adalah “pada umumnya lebih menguntungkan daripada menghancurkan total musuh-musuh”. Salah satu tujuan diplomasi yang bermanfaat adalah untuk berusaha mencapai suatu persetujuan melalui negosiasi. Sekarang ini kekuatan suatu Negara sebagian besar tergantung pada sumberdaya dan ekonomi melalui diplomasi dan cara-cara damai. Dari instrument ekonomi ini perdagangan adalah yang paling penting. Bersamaan dengan perdagangan dan perniagaan, pemberian sanksi bantuan ekonomi juga telah menjadi alat diplomasi paling penting dan bisa disebut sebagai diplomasi komersil atau diplomasi melalui ekonomi, yaitu diplomasi yang dikaitkan dengan factor ekonomi. Interumen ekonomi sangat luas diterapkan dalam waktu perang dan damai; perdagangan internasional dan bantuan internasional digunakan sebagai alat diplomasi yang memudahkan pada masa damai. Selama perang dan bahkan selama perang dingin, berbagai tindakan ekonomi sering merupakan yang paling secara efektif digunakan serta sebagai alat memaksa lawan. Dengan berakhirnya Perang Dunia I dan II  factor-faktor ekonomi selalu memainkan peran dalam hubungan-hubungan diplomatik, tetapi dalam dunia sekarang aspek ekonomi dari diplomasi telah memperoleh kedudukan penting yang semakin besar: mereka sekarang ini bisa dianggap sebagai bagian integral dari diplomasi.
2.      Diplomasi Demokratis
Tipe diplomasi yang baru ini disebut diplomasi demokratis. Dimana di sembarang demokrasi penguasa yang berdaulat ditetapkan dalam wakil-wakil rakyat yang dipilih. Pengontrolan akhir politik luar negeri berada pada mereka. Tetapi sampai Perang Dunia I negosiasi diplomatic sering dijadikan rahasia tidak hanya kepada masyarakat umum tetapi juga kepada wakil-wakil terpilih. Implikasinya adalah bahwa bisnis diplomasi terlalu vital untuk dipegang secara rahasia ditangan para diplomat saja prinsip-prinsip bentuk pemerintahan demokrasi meminta bahwa dalam urusan-urusan yang mempengaruhi kepentingan vital Negara maka public harus tetap diberitahu mengenai tiap tahap negosiasi. Seluruh bangsa tentu saja mustahil bila bisa terinformasi tentang tahap-tahap negosiasi yang berbeda-beda. Tetapi seorang diplomat harus selalu mecoba mempertahankan hubungan yang terus menerus dengan dapartemen luar negeri negaranya. Sebaliknya dapartemen luar negerilah yang harus menjaga agar para anggota mejelis terinformasi dengan baik mengenai kemajuannya. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa keyakinan kuat disebabkan oleh keyakinan bahwa negosiasi terbuka akan tetap berada di jalur perjanjian yang masuk akal.
3.      Diplomasi Totaliter
Totaliterianisme modern muncul sesudah perang dunia I. Pertumbuhannya disebabkan berbagai factor yaitu, nasionalisme ekstrim, nasionalisme ekonomi dan pertimbangan ideologis adalah yang paling vital dalam mengembangkan kecenderungan totaliter. Nasionalisme ekonomi berfungsi memperkuat kecenderungan kepada nasionalisme. Pertumbuhan ideology-ideologi moderen umumnya militant dan condong pada kecenderungan totaliter. Diplomat yang melibatkan dalam perundingan mempunyai intruksi khusus dan ia menyadari bahwa ia harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh penguasanya. Jadi diplomasi totaliter itu mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan diplomasi demokratis yaitu karena hanya diawasi oleh penguasa tunggal yang tidak tunduk kepada pengawas lembaga yang lebih besar dan oleh karenanya diplomat mengetahui dengan tepat seberapa jauh ia bisa memberi atau mengakomodasi pandangan pihak lain. Diplomasi yang sukses itu punya kekuatan. Diplomasi yang gagal menggunakan semua daya dalam pelaksanaannya, tidak memperoleh banyak hasil dan tidak pula berperan sebagai srana efektif untuk memecahkan konflik.
4.      Diplomasi Konperensi
Diplomasi melalui Konperensi menjadi model mulai awal abad 20 dan konperensi Hague pada tanggal 1899 dan 1907 bisa dianggap oleh sebagian orang sebagai contoh awal Diplomasi Konperensi. Sejak Perang Dunia I jenis diplomasi ini mulai memainkan peran penting dalam hubungan internasional. Keberhasilan atau kegagalan Konperensi sebagian besar, tergantung pada seberapa professional para diplomat mempersiapkan jalan melalui pembicaraan awal. Keberhasilan Kongres Wina, Kongres Berlin, dan lain-lain pada abad ke-19, sebagian besar tergantung pada observasi actual dari factor-faktor ini. Sesudah Perang Dunia I tipe baru diplomasi dengan terbentuknya organisasi internasional semaca, Liga Bangsa-Bangsa. Sesudah Perang Dunia II PBB dan berbagai badan internasional lainnya, juga berafiliasi dengan mereka. Diplomasi multilateral atau parlementer merupakan tipe diplomasi konperensi.
5.      Diplomasi Diam-Diam
Istilah “diplomasi diam-diam” sangat erat kaitannya dengan diplomasi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Diplomasi rahasia dan terbuka mewakili dua jenis diplomasi yang berlawanan yang dipraktekkan oleh Negara-negara, begitu juga diplomasai public dan diplomasi diam mewakili dua jenis diplomasi yang diperaktekkan di Perserikatan Bangsa-Bangsa . tetapi kalau diplomasi rahasia dan terbuka memiliki dua kutub yang berlawanan maka diplomasi diam dan diplomasi public tidak begitu saling berlawanan, tetapi saling melengkapi. Diplomasi diam-diam adalah sebuah tipe  diplomasi yang telah dikembangkan dengan pertumbuhan dan perkembangan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tetapi “diplomasi diam-diam” bukanlah diplomasi rahasia “tipe strategi diplomatik lama” dalam bentuk baru. Tipe diplomasi ini hanya subur dalam lingkungan badan dunia seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dimana para wakil berbagai Negara bisa berunding secara diam-diam tetapi tidap perlu rahasia, baik secara bilateral maupun multilateral diluar pandangan public. Bagi Negara-negara besar merupakan tipe diplomasi yang paling efektif. Diplomasi diam-diam, seperti diplomasi public, adalah perkembangan cara-cara diplomasi tersendiri dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Keberhasilan diplomasi di PBB banyak bergantung pada keberhasilan percampuran dua tipe diplomasi.
6.      Diplomasi Preventif
Seperti diplomasi public dan diplomasi diam-diam “diplomasi preventif” juga telah tumbuh dari teknik baru diplomasi yang berkembang di PBB. Dalam zaman sesudah Perang Dunia II Negara-negara baru saja merdeka dan Negara-negara terbelakang lainnya melihat dengan was-was perluasan Perang Dingin dan kecenderungan hegemonistis kedua superpower. Perang Dingin membuat diplomasi preventif menjadi penting, dan keberadaan sebuah kelompok penting Negara-negara yang tidak memihak blok mana pun  di PBB-lah yang menyebabkan hal itu. Inovasi semacam diplomasi preventif hanya bisa terlaksana atas “penderitaan” kedua superpower. Kedudukan penting diplomasi preventif sangat luar biasa sekarang ini, karena apabila permusuhan dalam skala besar pecah lagi, seluruh dunia akan terancam musnah. Oleh karena itu setiap usaha sedang dilakukan untuk melokasikan permusuhan-permusuhan dan mengakhirinya sesegera mungkin; dan kemudian bekerja bahu-membahu untuk perdamaian yang tidak akan menanam benih perang dimasa mendatang.
7.      Diplomasi Sumberdaya
Diplomasi sumberdaya bisa diterapkan oleh Negara-negara yang mempunyai sumberdaya bahan-bahan mentah seperti batubara, besi minyak, uranium dan sebagainya. Apabila Negara-negara ini kuat dan maju dalam bidang industry mereka bisa memperkuat kemampuan industry dan militernya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya.

Ø  Instrument Diplomasi

Suatu Negara bisa mencapai tujuan-tujuan diplomatiknya melalui berbagai macam cara. Menurut Kautilya, bisa dilakukan dengan penerapan satu atau kombinasi beberapa prinsip dari empat prinsip utama instrument diplomasi yaitu sama, dana, danda, dan bedha. Perdamaian atau negosiasi, memberi hadiah atau konsesi, menciptakan perselisihan, mengancam atau menggunakan kekuatan nyata. Kerjasama dan penyesuaian bisa dicapai melalui negosiasi yang membuahkan hasil. Apabila negosiasi gagal mencapai tujuan melalui cara damai, penentangan dalam berbagai bentuk termasuk penggunaan kekuatan diambil sebagai ganti. Meski bedha membuat perselisihan atau memecah brlah tidak memperoleh cukup pengakuan sebagai suatu instrument diplomasi yang penting, tetapi manfaatnya tidak bisa dipungkiri. Ini bisa dianggap sebagai sarana penting yang dipakai oleh diplomasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Daftar Pustaka:
Roy, S.L 1991. Diplomasi. Jakarta: Rajawali Pers

Tipe - tipe Diplomasi dan Instrumen Diplomasi - Nur Rahma S (2014230039)




Tipe-tipe Diplomasi dan Instrumen Diplomasi


1.      Diplomasi Komersial
Menurut Nicholeson, diplomasi komersial merupakan diplomsi borjuis atau diplomasi sipil yang didasarkan pada anggapan bahwa penyelesaian kompromis antara mereka yang berselisih melalui negosisi adalah “pada umumnya leboh mengutamakan pada penghacuran total musuh-musuh”. Selama salah satu tujuan utama diplomasi yang bermanfaat adalah untuk berusaha mencapai persetujuan melalui negosiasi maka konotasi Nicholson tentang diplomasi borjuis, tak punya sesuatu untuk ditawarkan. Peningkatan kepentingan nasionl adalah pertimbangan utama diplomasi maka dari itu, akan berhubungan dengan finansial yang dicapai antar negara. Maka tiap negara berusaha untuk memperbesar sumber daya ekonominya melalui diplomasi dan cara-cara damai. Negara-negara kuat juga serig berusaha untuk memperluas pengaruhnya mellui penanganan tindakan-tindakan ekonomi yang cerdik, bersamaan dengan perdgangan dengan perniagaan, pemberian sanksi bantuan ekonomi juga telah menjadi alat diplomasi penting masa kini. Atau disebut juga sebagai diplomasi komersial atau diplomasi melalui ekonomi. Dapat disimpulkan bahwa diplomasi komersial adalah sebuah diplomasi yang berkaitan dengan perdagangan dan faktor-faktor ekonomi.


2.      Diplomasi Demokratis
Dengan kelahiran era diplomasi terbuka, sebuah tipe baru tampaknya telah membuat kemajuan esar. Tipe diplomasi baru ini disebut sebagai diplomasi demokratis. Disembarang demokasi penguasa yang berdaulat ditetapkan dalam wakil-wakil rakyat yang dipilih. Pengontrolan akhir politik luar negri berada pada mereka. Tetapi sampai pada perang dunia 1 negosiasi diplomatic sering dijadikan rahasia tidak hanya pada masyarakat umum tetapi juga kepada wakil-wakil terpilih. Hanya beberapa anggota pemerintah yang berpengaruh saja yang diberi penjelasan rinci dari persetujuan-pertujuan tersebut. Dengan begitu baik rakyat prancis deokratis maupun inggris demokratis tak mengetahui ketentuan-ketentuan lengkap dari aliansi prancis-rusia atau persetujuan yang dicapai antara pwnguasa militer inggris dan prancis.
Wilson dan para penganju ‘diplomasi terbuka’ memandangnya ahwa adalah kepentingan nasional lebih aman berada ditangan public daripada beberapa kelompok elit tidak peduli meski mereka sangat bagus dalam hal seni negosiasi. Tetapi stoessinger mempunyai beberapa keberatan atas control public terhadap negosiai diplomatic di tiap tahap. Nicholson dan beberapa penulis barat juga sangat keberatan dengan pelaksanaan negosiasi secara terbuka dan diketahui umum sepenuhnya . sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, keyakinan kuat mereka disebabkan oleh keyakinan bahwa negosiasi terbuka akan tetap berada dijalur perjanjian yang masuk akal. Faktor terpenting yang membantu terwujudnya control demokratis atas diplomasi adalah masalah ratifikasi perjanjian oleh pihak legislative.
Nicholson terus menunjukan beberapa kelemahan alam diplomasi demokratis. Ia berpendapat bahwa apabila pihak legislative mengingkari persetujuan yang telah  ditanda tangani oleh wakil pemerintahnya , maka seluruh basis perjanjian internasional akan berada dalam bahaya, dan akhirnya anarki akan mengikuti. Disini juga perlu dicatat bahwa fleksibelitas adalah karakteristik utama diplomasi yang efektif. Hal ini menyebabkan diplomat yang terlibat dalam negosiasi perlu mendapat dukungan penuh dari pemerintahnya dan ia harus yakin  bahwa setiap persetujuan yang dimasuki akan dihormati dinegrinya.
3.      Diplomasi Totaliter
Totaliterianisme modern muncul setelah PD1, pertumbuhannya disebabkan oleh berbagai faktor antara lain nasionalisme ekstrim, nasionalisme ekonomi dan pertimbangan ideologis adalah yang paling vital dalam mengembangkan kecendrungan totaliter. Nasionalisme ekstrim berbicara tentang pemujaan patriotism dan loyalitas kepada negara berapapun harga pengorbanannya.
Nicholson dan para ahli barat lainnya telah menyatakan beberapa sifat khusu diplomasi totaliter. Salah satu segi yang menonjol adalah bahwa di negara totaliter pembuatan keputusan tak berada di bawah pengawasan rakyat. 1 orang atau 1 kelompok kecil bisa mengambil keputusan akhir dalam segala hal dan dalam waktu yang begitu singkat. Oleh karna itu diplomasi ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan dibandingkan diplomasi demokratis.
Kelebihan diplomasi totaliter adalah karena hanya diawasi oleh penguasa tunggal yang tak tunduk pada pengawasan lembaga yang lebih besar dan oleh karenanya diplomat mengetahui dengan tepat seberapa jauh ia bisa memberi atau mengakomodasi pandangan pihak lain.
Dalam negara totaliter, kekuasaan tertinggi ditetapkan pada satu orang atau sangat sedikit orang, mereka bisa mengambil keputusan dengan cepat mengenai suatu masalah tanpa ada debat legislative atau forum luas lainnya. Kekurangannya diplomat negara totaliter harus mematuhi instruksi yang diberikan oleh penguasa atasannya, ia kurang mempunyai kesempatan untuk bertindak luas dalam melakukan pendekatan pada saat perundingan, ini juga bisa menghalangi keberhasilan perundingan.
4.      Diplomasi Melalui Konferensi
Diplomasi melalui konferensi secara bertahap muncul menjadi model mulai awal abad 20 . koferensi Hague tahun 1899 dan 1907 bisa dianggap oleh sebagian orang sebagai contoh awal diplomasi konferensi.  Diplomasi multilateral atau palementer merupakan tipe diplomasi konferensi. Bentuk negosiasi antar bangsa ini mempunyai keistimewaan teretentu yang tak dipunyai oleh diplomasi model lama yang dilakukan secara bilateral.
Bentuk parlementer diplomasi multilateral ini muncul sesudah PD1 dalam bentuk LBB dan muncul lagi sesudah PD2 dalam bentuk PBB. Bentuk parlementer dari diplomasi multilateral, sebagai menurut konotasi biasanya mengikuti prosedur dan teknik yang umumnya digunakan oleh badan legislative dari negara negara demokrasi, seperti debat umum, pemungutan suara, laporan komisi, dsb.


5.      Diplomasi Diam Diam
Diplomasi ini sangat erat dikaitkan dengan diplomasi PBB sebagaimana diplomasi rahasia dan terbuka mewakili dua jenis diplomasi yang berlawanan dan dipraktekan oleh negara-negara, begitupun diplomasi public dan diplomasi diam mewakili dua jenis berbeda dari diplomasi yang dipraktekan di PBB. Tetapi diplomasi rahasia dan terbuka menjadi milik 2 kutub yang berlawanan, maka diplomasi diam dan public tak begitu saling berlawanan, justru mereka saling melengkapi. Diplomasi diam diam adalah suatu tipe baru diplomasi yang telah dikembangkan dengan pertumbuhan dan perkembangan PBB, Stoessinger berkata diplomasi diam diam, PBB telah menunjukan bahwa pada zaman “perjanjian terbuka dicapai secara terbuka” , tipe strategi diplomatic yang lebih kuno bisa membuat kontribusi yang lebih penting.  
Versi modern diplomasi rahasia telah merupakan hasil langsung kegagalan multilateralisme bar. Tapi diplomasi diam diam bukanlah diplomasi rahasia tetapi tipe strategi diplomatic lama dalam bentuk baru. Ia samasekali merupakan tipe baru diplomasi dimana pertukaran pandangan diam diam oleh para wakil negara-negara terjadi, sering melalui jabatan penting sekertaris jendral organisasi dunia, diluar kemilau publisitas.  Diplomasi diam-diam, seperti diplomasi public adalah perkembangan cara cara diplomasi tersendiri dalam PBB. Keberhasian diplomasi di PBB banyak bergantung pada keberhasilan percampuran dua tipe diplomasi ini.

6.      Diplomasi Preventif
Mempunyai kedudukan penting khusus pada kasus-kasus dimana konflik permulaan bisa dikatakan sebagai akibat dari, atau secara tidak sengaja menimbulkan resiko bagi, terciptanya suatu kekosongan kekuasaan diantara blok blok utama. Tindakan pencegahan dalam kasus-kasus seperti itu harus ditujukan untuk mengisi kekosongan sehingga ia tak memancing tindakan dari negara negara besar, inisiatif bagi tindakan tersebut bisa dilakukan untuk tujuan pencegahan, tapi sebaliknya bisa mengakibatkan tindakan balasan dari pihak lain. Cara-cara dimana kekosongan itu bisa di isi oleh PBB untuk mencegah gagasan seperti itu berbeda dari kasus perkasus, tapi juga mempunyai persamaan dalam hal ini. Sementara dan seraya dalam menantikan penantian kekosongan itu melalui cara-cara yang normal, PBB menjalankan perananya atas non komitmennya kepada blok apa pun, untuk memberikan jaminan yang mungkin bisa diberikan dalam hubungan dengan semua pihak terhadap inisiatif dari yang lain. Hammarskjold juga berpendapat bahwa diplomasi perventif menggabungkan elemen-elemen diplomasi publik dan dilpomasi diam-diam.
                        Inis Clude Jr. Menggambarkan diplomasi preventif dalam kata-kata berikut “ ia merupakan fungsi penetral, untuk dijalankan oleh negara-negara yang sikap tidak memihaknya dalam perang dingin diimbangi oleh komitmen untuk membuat PBB sebagai penyeimbang hubungan internasional yang efektif dalam era perang dingin.



7.      Diplomasi Sumberdaya
Diplomasi sumberdaya bisa diterapkan oleh negara-negara yang mempunyai bahan-bahan seperti, batu bara, besi, minyak, uranium dan sebagainya. Apabila negara-negara ini kuat dan maju dalam bidang industri, mereka bisa lebih memperkuat kemampuan industri dan militernyadangan memanfaatkan sumberdayanya sebaik mungkin.tapi apa bila negara ini belum maju, mereka bisa berusaha untuk memperoleh keuntungan dari negara-negara industri yang membutuhkan bahan-bahan tersebut. Sebagai gantinya mereka memberikan harga tinggi atau fasilitas-fasilitas lainnya. Negara-negara yang memiliki bahan strategis itu bisa memperoleh keuntungan apabila mereka membentuk front bersama.
Minyak yang sampai sekarang masih merupakan sumber energi utama, dengan demikin membuat banyak pengaruh pada politik dunia. Inilah mengapa sebabnya mengapa dalam era diplomastik dunia sekarang minyak memainkan peranan sedemikian penting dan diplomasi minyak telah menjadi bagian proses diplomatiknya yang terkenal.

Instrumen Diplomasi
                                    Menurut Kutlya, ini bisa dilakukan dengan penerapan satu atau kombinasi beberapa prinsip dari empat prinsip utama instrumen diplomasi adalah sama, dana, danda, bedha – persamaan atau negosiasi, memberi hadiah atau konsensi, menciptakan perselisihan, mengancam atau menggunakan kekukatan nyata. Para penulis moderen menyatakan bahwa dalam rangka mencapai tujuan diplomatiknya, suatau negara menjalankan tiga model tingkah laku yaitu, cooperation, accomodation, dan opposition ( kerjasama, penyesuaian, dan penentangan). Kerjasama dan penyasuaian dilakukan secara negosisasi yang membuahkan hasil, apabila negosiasi gagal mencapai tujuan melalui cara damai, penentangan dalam berbagai bentuk termasuk penggunakan kekuatan diambil sebagai ganti. Meski bedha atau memuat perselisihan atau memecah belah tidak memperoleh cukup pengakuan sebagai suatu instrumen diplomasi yang penting dari penulis barat, tetapi manfaatnya tidak bisa dipungkiri. Ini bisa dianggap sarana yang penting dan bisa dipakai oleh diplomasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Tipe - tipe Diplomasi dan Instrumen Diplomasi - Septian Dicky Ardiansyah (2014230066)




TIPE-TIPE DIPLOMASI dan
INSTRUMEN DIPLOMASI

            Seperti apa yang telah di ungkapkan oleh Katulya dalam buku Diplomasi S.L Roy, terdapat empat prinsip utama dalam instrumen diplomasi yaitu sama, dana, danda dan bedha. Sama, yang diartikan sebagai perdamaian atau negoisasi. Seperti yang diketahui, salah satu fungsi dari diplomasi ialah mendamaikan beragamnya kepentingan dari banyak negara yang saling bersaing untuk mencapai tujuan masing-masing. Dan negoisasi, konflik atau pertentangan antar kepentingan tersebut bisa diselesaikan secara damai. Dana, berarti memberi hadiah atau konsesi. Dalam tradisi diplomasi India Kunol, bantuan ekonomi yang diberikan kepada negara lain dapat dianggap sebagai hadiah atau dana. Danda, diartikan menciptakan perselisihan, seperti misalnya intervensi militer atau perang. Bedha, merupakan ancaman atau menggunakan kekuatannyata. Jika Sama dan Dana belum berhasil, Bedha dapat dilakukan sebagai ancaman seperti misalnya, teror militer (melakukan latihan kerjasama militer di negara rival hanya untuk menakut-nakuti).
            Seiring perkembangan zaman, metode-metode yang digunakan dalam berdiplomasi semakin bervariasi, sehingga diplomasi dapat dikategorikan menjadi beberapa tipe. Berikut ini merupakan tipe-tipe diplomasi:
1.      Diplomasi Komersial

Merupakan diplomasi yang dilakukan melalui bidang ekonomi, dimana diplomasi ini dikaitkan dengan faktor-faktor ekonomi. Faktor-faktor ekonomi memang memiliki peran tersendiri dalam hubungan-hubungan diplomatik. Seperti yang diketahui, salah satu elemen penting dalam kekuatan suatu negara bergantung pada seberapa banyak uang yang dimiliki dan seberapa besar sumber ekonomi negara tersebut. Oleh karena itu, sebagian besar negara maju memperluas pengaruhnya memalui tindakan-tindakan ekonomi. Tindakan ekonomi memang merupakan cara paling efektif sebagai alat yang memaksa rival, dalam hal ini memang telah lama dilakukan oleh beberapa negara bahkan saat terjadi peperangan, termasuk perang dingin. Dahulu, saat peperangan terjadi suatu negara berusaha untuk melumpuhkan perekonomian rivalnya melalui aksi blokade. Selain blokade, tindakan ekonomi lainnya yang dijadikan alat diplomasi yaitu perdagangan dan perniagaan serta bantuan internasional.


2.      Diplomasi Demokratis

Bisa dikatakan sebagai diplomasi yang terbuka, dimana diplomasi ini penting dijalankan secara terang-terangan dan terbuka serta memperoleh pengawasan langsung dari publik. Faktor yang paling penting dalam membantu terwujudnya kontrol demokratis atas diplomasi adalah masalah ratifikasi perjanjian oleh pihak legislatif. Dan kelemahan yang terdapat dalam diplomasi ini yaitu, keraguan pemerintah dan juga legislatif, dan sikap acuh dari elektorat, serta lamanya penundaan tidak dapat dihindarkan karena memang diperlukan banyak waktu untuk memperkirakan pendapat umum atau mempengaruhi persetujuan kebijakan pemerintah, itulah yang dapat menghambat tingkat keberhasilan dari diplomasi ini. Selain itu, ada permasalahan tersendiri dari diplomasi demokratis ini, yaitu masalah publisitas antara pers dan diplomat, serta masalah antara politikus dan diplomat.

3.      Diplomasi Totaliter

Totaliter muncul sesudah perang dunia I. pertumbuhannya disebabkan oleh beberapa factor antara lain yaitu nasionalisme ekstrim, nasionalisme ekonomi dan pertimbangan ideologis yang merupakan paling vital dalam mengembangkan kecenderungan totaliter. Nasionalisme ekstrim berbicara tentang pemujaan patriotism dan loyalitas kepada Negara berapapun harge pengorbananya. Nasionalisme ekonomi berfungsi memperkuat kecenderungan terhadap nasionalisme, dimana bila suatu pemerintahan menetapkan peraturan kegiatan ekonomi sehari-hari rakyatnya, rakyat menjadi terbiasa terhadap kehadiran pemerintah di bagian-bagian kehidupan di mana tadinya hal itu masih asing.
Pertumbuhan kesadaran ideologis suatu bangsa didunia modern ini biasanya disertai oleh meningkatnya peranan Negara dan penambahan tuntutan yang dibuat oleh Negara tentang kesetiaan dan pengabdian rakyat. Ideology-ideologi modern pada umumnya militant dan condong pada kecenderungan totaliter. Semua factor ini telah memainkan perannya masing-masing dalam pertumbuhan totalitarinisme dalam wujud Fasisme Italia, Nazisme Jerman, Fasisme Franco Spanyol, dan sebagainya. Negara-negara totaliter mempunyai kecenderungan yang tetap dalamhubungan diplomatiknya, mereka biasanya menggunakan sikap agresif dalam menghadapi rivalnya.
Para ahli barat dan Nicholdon telah menyatakan beberapa sifat khusus diplomatic totaliter. Salah satu yang menonjol adalah bahwa di Negara totaliter pembuatan keputusan tidak berada di bawah pengawasan rakyat. Kelebihannya dari hal ini adalah karena hanya di awasi oleh penguasa tunggal yang tidak tunduk kepada pengawasan lembaga yang lebih besar dan oleh karenanya diplomat mengetahui dengan tepat seberapa jauh ia bias member atau mengakomodasi pandangan pihak lain.Diplomasi Melalui Konferensi
Sekitar awal abad 20, Diplomasi melalui Konferensi muncul secara bertahap. Konferensi Hague pada tahun 1899 dan 1907 bisa dikatakan sebagai contoh awal dari Diplomasi Konferensi. Walaupun demikian, konferensi tersebut tidak bisa dianggap sebagai hal yang umum sarana diplomasi zaman itu dikarenakan konferensi-konferensi itu diselenggarakan untuk tujuan-tujuan khusus. Akan tetapi, sejak Perang Dunia I berlangsung, diplomasi ini memiliki peran penting dalam hubungan internasional. Saat perang berlangsung banyak permasalahan yang membutuhkan keputusan yang cepat dan tidak bisa dilakukan dengan cara-cara diplomatik biasa. Oleh karena itu, Perdana menteri atau ahli dipertemukan disebuah konferensi guna membahas mengenai masalah-masalah mendesak ataupun membahas mengenai strategi perang. PBB merupakan badan yang bisa dikatakan berdiplomasi melalui konferensi internasional secara permanen. Para perwakilan negara-negara di dunia hampir semuanya ditempatkan dalam markas besar organisasi PBB untuk negosiasi diplomatik. Dan ini membuat perubahan baru dalam diplomasi konferensi. Dimana awalnya dibutuhkan prosedur konferensi internasional selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, PBB justru dapat memberikan kerangka yang matang untuk mendiskusikan masalah-masalah yang mendesak dalam waktu yang singkat.
4.      Diplomasi Diam-Diam

Diplomasi ini merupakan tipe baru yang telah dikembangkan oleh PBB. Diplomasi ini tidaklah sama dengan diplomasi rahasia. Diplomasi ini dapat berkembang dengan baik pada badan dunia seperti PBB, dan para wakil negara-negara saling bertukar pandangan secara diam-diam tetapi tidak secara rahasia. Biasanya langkah ini juga diambil oleh negara-negara besar, dimana saat mereka tidak bisa memperbaharui sikap-sikap terbuka mereka, maka mereka bisa berunding secara diam-diam, baik secara bilateral maupun melalui jasa-jasa baik PBB untuk mencapai sebuah kesepakatan.

5.      Diplomasi Preventif

Diplomasi ini terbentuk karena dilatarbelakangi oleh era sesudah Perang Dunia II dimana saat itu negara-negara yang baru saja merdeka mencari perlindungan di PBB dengan melalui diplomasi preventif. Dengan maksud untuk menjaga perselisihan di dunia ketiga agar tetap bersifat lokal yang terpisah atau tidak terkait dengan situasi yang penuh ancaman yang bisa saja memperluas perang dingin ke tanah mereka. Negara-negara tersebut memiliki kekhawatiran akan perluasan Perang Dingin, selain itu mereka juga tidak ingin terlibat ke dalam konflik tersebut.
Diplomasi preventif memiliki tiga tujuan yaitu:
1. Mencegah konflik antar negara atau antara pemerintah dengan kelompok minoritas di dalam negara;
2. Mencegah perselisihan menjadi konflik terbuka, dan
3. Jika konflik pecah, memastikan penyebarannya sekecil mungkin. Selain itu, diplomasi ini bertujuan menjaga kepentingan diplomasi satu negara dan bukan untuk mewujudkan perdamaian suatu kawasan.

6.      Diplomasi Sumber Daya

Diplomasi ini di latar belakangi oleh kompetisi antar negara yang saling bersaing untuk mendapatkan wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Seperti yang diketahui, sumber daya alam mentah seperti minyak bumi, batu bara, besi, uranium dll, telah menjadi bagian penting dalam perkembangan industri dan juga kekuatan suatu negara. Diplomasi “sumber daya” ini bisa diterapkan oleh negara-negara yang tentunya memiliki sumber daya. Apabila negara-negara ini sudah menjadi negara maju, tentunya bisa memperkuat lagi perindustrian dan juga militernya dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Sedangkan untuk negara yang belum maju, dapat bekerja sama serta memperoleh keuntungan dari negara-negara industri yang membutuhkan bahan-bahan mentah tersebut. Selain itu, negara-negara pemilik sumber daya bisa saja membentuk sebuah front bersama untuk memperoleh keuntungan lebih. Akan tetapi, sejauh ini hanya negara-negara penghasil minyak yang sudah membentuk sebuah front yaitu, OPEC. Seperti yang diketahui, minyak memang merupakan sumber energi utama yang paling berpengaruh pada ekonomi dan juga politik dunia. Oleh karena itu, diplomasi “sumber daya” minyak masih menempati posisi teratas dalam hubungan diplomatik.

Salah satu kasus yang dianggap sebagai salah satu diplomasi publik melalui musik yang sukses diwujudkan oleh Amerika Serikat ialah pada kunjungan Hillary Clinton ke Indonesia pada tahun 2009. Kemunculan Hillary Clinton sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat di Dahsyat, salah satu program televisi Indonesia bergenre musik yang saat ini populer dan tergolong lebih merakyat dibandingkan dengan program musik seperti MTV, merupakan sebuah strategi unik yang dilakukan. Kemunculan seorang Menteri Luar Negeri dari sebuah negara super power di sebuah program sekelas dahsyat tampak kurang lazim untuk program yang tergolong merakyat tersebut.
Namun upaya tersebut merupakan sebuah strategi yang dilancarkan untuk dapat melakukan kontak langsung dengan seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menampilkan citra Amerika yang bersahabat dan bagaimana mereka sama sekali tidak khawatir terhadap ancaman terorisme yang kerap menghantui wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Kunjungan tersebut juga dilakukan untuk mendiplomasikan paham demokrasi di kalangan masyarakat Indonesia yang pada saat itu akan segera menghadapi pemilu kepresidenan.

REFERENSI
Roy, S.L. 1984. Diplomasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi Antara Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.