Kamis, 17 November 2016



DIPLOMASI SEBAGAI PROFESI DAN PROFIL DIPLOMAT YANG EFEKTIF



Disusun Oleh :

Diah Justhika Topa  2012130098                Adela Putri                2014210073
Intan Permata Sari   2013130117                Auriga Prabowo        2014230092
Aprillia Anggraeni    2013130120                Dharmanto W           2014230081
Shinta Sari R             2013130131                Moh. Reza Pahlevi    2014230080
Diva Sabella               2014230067                Irma Destarika          2014230091
Septian Dicky A.       2014230066                Tiara Ayu P              20142300102
Ajeng Kartika K.      2014230070                Atya Salma                2014230082
Lathifah Irbah N.     2014230071                Aditya Aji                  2014230065




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kata diplomasi berawal dari bahasa Yunani “diploun” untuk menyebut sebuah lembaran yang dilipat. Lembaran ini dimaksud sebagi lembaran penting yang bisa menyatakan  orang yang memegang lembaran tersebut merupakan orang yang dipercaya. Diplomasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam hubungan internasional, mendeskripsikan bahwa diplomasi adalah suatu perbuatan untuk meloloskan kepentingan nasional suatu negara dan menggunakan Diplomat sebagai media. Sehingga seorang diplomat merupakan seseorang yang diberikan kepercayaan oleh negaranya untuk mewakili negara dalam menjalankan hubungan dengan negara lain.
Dalam menjalankan diplomasi salah satunya memerlukan professional seperti Profesi, CPNS di Kementerian Luar Negeri ada 2 bagian yaitu PDDL (Pegawai Dinas Dalam Negeri dan PDLN (Pegawai Dinas Luar Negeri) dua bagian tersebut yaitu Staff Administrasi dan Diplomat. Komposisi pegawai Kemlu adalah 1 : 2 antara pejabat diplomatik dan staf administrasi. Setelah reformasi birokrasi yang dilakukan, jumlah pejabat diplomatik telah melebihi staf administrasi dengan komposisi 2 : 1.
Sesuai dengan UU No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri menuntut diplomasi yang kreatif, aktif, antisipatif, tidak sekedar rutin dan reaktif, teguh, rasional dan luwes,. Profesi diplomat melalui aturan Jabatan Fungsional Diplomat (JFD). Dalam JFD, tugas pokok diplomat merupakan tolok ukur penilaian kinerja. Terdapat lima tugas pokok diplomat, yaitu: mewakili, melakukan negosiasi, melindungi, melakukan promosi, dan pelaporan. PDLN diberikan status “pejabat  fungsional” dan disebut Pejabat Fungsional Diplomat (PFD) sebagai pengakuan atas pengetahuan dan kemampuan yang mereka miliki di bidang diplomasi. Diplomasi sebagai cabang profesi mempunyai sifat khusus yang memerlukan pengetahuan dan pengalaman khusus, terutama hubungan luar negeri. Jika diperlukan PFD dapat memegang jabatan struktural baik di pusat maupun perwakilan tanpa meninggalkan statusnya sebagai PFD (Kemlu.go.id)
1.2 Rumusan Masalah
Dari pemaparan di atas, maka akan dapat ditarik sebuah kesimpulan permasalahan dengan pertanyaan
“ Bagaimana diplomasi menjadi profesi dan bagaimana profil diplomat yang efektif ?”
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini dibuat untuk mengetahui diplomasi sebagai profesi dan diplomat yang efektif.









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Diplomasi Sebagai Profesi
Diplomasi sebagai sebuah alat yang digunakan dalam mencapai suatu kesepakatan atau kompromi tentu memerlukan tenaga ahli yang dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hal tersebut yakni diplomat. Roy (1991) mengatakan bahwasannya tugas seorang diplomat tidak hanya mengumpulkan informasi dan lalu mengirimkannya kepada pemerintahannya namun ia juga diharapkan untuk “menjual” tujuan – tujuan politik luar negeri negaranya sendiri kepada negara dimana ia ditugaskan. Dengan melihat pernyataan tersebut, menunjukan seberapa besar peran seorang diplomat dalam menjalankan tugas negaranya. Secara tidak langsung, diplomat bertindak sebagai pembuat kebijaksanaan karena menyediakan informasi terbesar yang digunakan sebagai dasar suatu kebijaksanaan.
Ada beberapa Tipe-tipe diplomat secara profesi, yaitu :
1.      Diplomat Kenegaraan, ialah sebuah pekerjaan yang menuntut seseorang menjalankan tugas diplomasi sebuah negara dan menjalankan misinya di negara tempat ia ditugaskan. Biasanya pekerjaan ini ada di bawah lindungan departemen luar negeri atau sekertaris negara atau duta besar. Pekerjaannya biasanya penuh waktu.
2.      Diplomat Usaha, ialah sebuah pekerjaan yang menuntut seseorang memperlancar usaha atau bisnis yang dia emban. Dalam korporasi besar, diplomat jenis ini biasanya ada dalam divisi ekspansi bisnis (bisa marketing bisa pula business intelegent). Sama seperti diplomat kenegaraan, pekerjaan mereka biasanya penuh waktu.
3.      Diplomat Dengan Alasan, ialah sebuah kejadian yang menuntut seseorang atau sebuah badan menjadi diplomat. Contoh yang paling simpel mungkin adalah Pak/Bu RT jika di Indonesia. Meskipun bukan pekerjaan utamanya, namun beliau kadang mendapat tanggung-jawab menengahi perseteruan antar dua tetangga di kampungnya. Ketika beliau melerai dan mengatasi meluasnya efek perpecahan di lokasinya, maka ia segera mendamaikan kedua belah pihak. Praktek ini bisa pula disebut sebagai diplomasi.
Setiap orang bisa menjadi diplomat. Sebab setiap orang punya bakat menjalankan tugas diplomasi. Bahkan ketika kita sedang tawar-menawar di pasar saja, sebenarnya kita sedang menjalankan seni diplomasi. Namun agar lebih mudahnya, saat ini, mari kita bicara mengenai diplomat kenegaraan saja.
Konvensi Wina tahun 1961 menjadi sebuah panduan dimana semua kebiasan dan norma masyarakat Eropa diterapkan ke seluruh negara, sebagai tambahan budaya bernegosiasi telah berkembang, dimana para diplomat yang berasal dari berbagai latar belakang budaya bisa bernegosiasi dan berinteraksi dalam sebuah prosedur yang aman, perbedaan yang besar dari banyak budaya bisa menyebabkan berkurangnya peluang suatu perjanjian bisa diterima, semua bisa disanggah dimana perbedaan gaya dalam diplomatik mempunyai perngaruh yang lebih sedikit dalam iklim bernegosiasi dalam dunia bisnis internasonal, tidak terpengaruh dimana para diplomat merencanakan untuk menggunkan berbagai macam taktik (Meerts, Paul. 2015)
Diplomat Profesional
Sudah dijelaskan di atas bahwa diplomat adalah orang yang menjalankan praktek dan seni diplomasi. Jadi pertanyaannya, apakah setiap orang yang menjalankan praktek dan seni ini adalah seorang diplomat. Jawabannya bisa iya dan tidak. Iya, sebab siapapun atau apapun yang bisa berdiplomasi sudah bisa dikategorikan sebagai diplomat. Namun bisa tidak, sebab pada saat ini diplomasi lebih cenderung kepada praktek praktis hubungan bilateral antar dua negara atau institusi. Orang/badan yang menjalankan praktek diplomasi dalam
2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Diplomat
Menurut Peraturan Menteri PAN No. PER/87/M.PAN/8/2005 dan Konvensi Wina tentang
Hubungan Diplomatik tahun 1961, tugas dari diplomat ialah:
1.      Representating, maksudnya mewakili Negara Republik Indonesia secara keseluruhan di negara penerima/organisasi;
2.      Negotiating (perundingan), maksudnya ialah memperjuangkan kepentingan bangsa, negara, dan Pemerintah Indonesia melalui pendekatan dan perundingan;
3.      Protecting (melindungi), ialah melindungi kepentingan negara, Pemerintah Indonesia, dan Badan Hukum Indonesia
4.      Promoting (mempromosikan), ialah meningkatkan kerjasama antara Indonesia dengan negara penerima melalui kegiatan dalam bidang yang bermanfaat bagi kepentingan nasional;
5.      Reporting (melaporkan), ialah pelaporan hasil tugas, pelaksanaan kewajiban, pengamatan dan analisis di bidang ekonomi, pertahanan dan keamanan, politik, di negara penerima atau organisasi internasional.
Selain tugas di atas, Diplomat juga dapat menjadi legal adviser Pemerintah, dimana sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2000, disebut dengan Direktorat Hukum dan Perjanjian Internasional Departemen Luar Negeri dimana direktorat ini mengkoordinasikan hubungan perjanjian baik bilateral maupun multilateral antara Indonesia dengan negara penerima atau organisasi internasional.
Tugas diplomatik juga bisa dilihat dari segi ekomoni dan politik, dari segi ekonomi diplomat ditugaskan untuk memahami berbagi spectrum ekonomi di negara tempat ia ditugaskan guna mencapai kepentingan nasionalnya. Hal ini mencakup kebijakan yang berhubungan dengan produksi, gerakan atau pertukaran barang, jasa, instrumen (termasuk bantuan pembangunan resmi), informasi uang dan peraturan ekonomi mereka (Bayne dan Woolcock, 2007). Aktor yang berpengaruh dari segi ekonomi bukan hanya negara, melainkan aktor non-negara seperti Organisasi Internasional, LSM, pebisnis, investor beserta masyarkaat didalamnya.
Tugas diplomat dari sisi ekonomi mencakup keahlian dalam mengatasi dunia luar guna memaksimalkan keuntungan nasional mereka di semua bidang ekonomi, termasuk perdagangan, investasi, dan bentuk-bentuk lain dari pertukaran ekonomi yang bersifat menguntungkan, baik dari dimensi bilateral, regional dan multilateral. (Rana, 2002). Dan dari segi politik, diplomat diharuskan untuk memahami dan menyampaikan fungsi-fungsi politik di negara tempat ia bertugas. Hal ini mencakup berbagai kegiatan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik dalam dan luar negeri suatu negara, termasuk didalamnya strategi atau taktik politik mengenai revolusi, perdamaian, atau bahkan peperangan (Baker, 1995).
2.3 Persyaratan Menjadi Diplomat
Diplomat yang handal dan professional hanya dapat dibentuk melalui SDM yang berkualitas yang didapat melalui system rekrutmen yang ketat dan komperehensif. Proses seleksi diplomat merupakan hal yang penting bagi pengembangan profesi diplomat Indonesia. Terkait dengan hal tersebut, Kementrian Luar Negeri menyelenggarakan penerimaan calon diplomat dengan metode komperehensif dan accountable. Rekrutmen diumumkan secara terbuka dilaksanakan secara efektif dan efisien dan diumumkan secara transparan dalam hal penentuan kelulusan dan pengumuman hasil akhir seleksi. Tahapan-tahapan seleksi yang harus dilalui oleh pelamar sebelum bergabung menjadi anggota korps diplomat Indonesia (tabloiddiplomasi.org) adalah : 1. Seleksi administrasi, 2. Ujian tulis substansi, 3. Ujian penguasaan bahasa asing, 4. Psikotes, 5. Wawancara substansi, 6. Tes kemampuan teknologi informasi.
Tentang syarat menjadi seorang Diplomat yakni, seorang Diplomat harus paham dan mengenal betul negaranya sendiri. Dalam artian dia harus menguasai pengetahuan tentang sejarah, sistem serta dinamika ekonomi, social, politik dan budaya negaranya sendiri. Hal inilah yang sering menjadi kesalahan bagi para calon Diplomat karena mayoritas dari para calon Diplomat terlalu fokus dengan masalah-masalah internasional padahal pengetahuan tentang masalah-masalah dalam negeri juga perlu untuk diperhatikan. Penguasaan terhadap banyak bahasa tida akan berarti jika tidak didukung dengan social skill yang baik seperti kemampuan untuk berinteraksi. Seorang Diplomat haruslah orang yang mudah bergaul dengan siapa saja dari latar belakang yang berbeda. Hal ini mengindikasikan bahwa orang itu adalah orang yang berpikiran terbuka.
Syarat umum yang harus dilengkapi oleh diplomat :
1.      Bersedia ditempatkan dimana saja.
2.      Mengenal budaya lokal tempat ia ditugaskan dan memahami bahasa dengan baik.
3.      Bersedia aktif dalam komunitas lokal maupun internasional tempat ia ditugaskan.
4.      Memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
5.      Taktis dan diplomatis.
6.      Memiliki keahlian pengorganisasian.
7.      Mudah membangun jaring kenalan.
8.      Ini yang paling penting: Selalu mencatat dan melaporkan hasil praktek dan seni diplomasinya kepada negara yang memberinya tugas dalam saluran khusus.
9.      Robert D. Blackwill, Direktur US-Israel  Security Project di Belfer Center for science and
International Affairs Universitas Harvad mengatakan bahwa ada 15 karakteristik yang harus di miliki oleh seorang diplomat.   Hal tersebut didasarkan oleh pengalamannya selama 4 dekade di bidang diplomasi. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah :
1.      Memiliki   passion   dan   ketertarikan   dalam   seni   berdiplomasi   dan   hubungan internasional. Apabila diplomat tidak memiliki perasaan ini, maka akan lebih baik untuk mencari profesi yang lain.
2.      Memiliki   tempremen   analytical.   Diplomat   harus   bisa   menahan   memberikan komentar sebelum melakukan analisis terlebih dahulu tentang fakta-fakta yang ada dengan suatu kejadian.
3.      Menulis   dengan   cepat   dan   baik.   Diplomat   harus   bisa   menulis   prosa-prosa   kata dengan cepat dan berkualitas.
4.      Mampu berkomunikasi secara verbal dengan lancar, ringkas dan tepat. Diplomat harus berbicara atau mengeluarkan respon pada saat yang diperlukan saja dan harus mencoba untuk membuat respon tersebut singkat.
5.      Diplomat harus memiliki perhatian yang tinggi terhadap pekerjaannya. Tidak peduli apakah laporan yang dibuatnya akan diberikan kepada pimpinan negara, atasannya, ataupun kepada rekannya, diplomat harus bisa mengeluarkan hasil dengan kualitas tertinggi.
6.      Jadilah   negosiator   yang   tegas   dan   efektif.   Mendapatkan   persetujuan   dari  lawan bukanlah   tujuan   utama   dari   seorang   diplomat.   Diplomat   harus   memikirkan kepentingan   negaranya   dan   berusaha   untuk   menegosiasikan   hasil   yang   akan mendekati dengan kepentingan negaranya. Tetapkan garis yang menjadi batas dan jangan menyebranginya.
7.      Diplomat harus sehat secara fisik dan mental. Pekerjaan diplomat akan memberikan stress  kepada   tubuh   dan   mental   seorang diplomat, maka darii tu diplomat harus memiliki fisik dan mental yang kuat.
8.      Diplomat harus siap menerima tugas yang berbahaya. Diplomat sering ditempatkan di tempat yang berbahaya dan terkadang meninggal ketika sedang bertugas. Maka dari itu diperlukan juga keberanian yang tinggi untuk menjadi seorang diplomat.
9.      Diplomat   harus   mengetahui   sejarah.   Diplomat   harus   mengetahui   sejarah, pengetahuan   mendalam   akan   sejarah   akan   memberikan   pilihan-pilihan   dan memberikan   penjelasan   tentang   pembentukan   kebijakan   dan   implementasi   dari kebijakan tersebut.
10.  Siap untuk mengeluarkan pendapat dirinya kepada orang yang memiliki kekuatan. Diplomat   juga   harus   mampu   untuk   mengeluarkan   rasa   tidak   setuju   atau   setuju kepada lawannya, namun pilihlah keadaan yang tepat untuk mengeluarkan komentar tersebut.
11.   Jujur   dan   setia   kepada   atasannya.   Jangan   pernah   mempertanyakan   komentar terhadap suatu kebijakan negaranya sendiri kepada umum. Setelah kebijakan sudah ditentukan   tugas   dari   seorang   diplomat   adalah   berusaha   untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut walaupun diplomat tidak menyetujuinya. Jangan juga berbohong kepada atasan atau melakukan misrepresentasi atasan.
12.   Memiliki ketahanan hati. Tidak selamanya proses diplomasi yang dilakukan akan berhasil, apabila gagal teguhkan hati dan majulah kepada tantangan berikutnya.
13.  Dapatkan Pengalaman kerja yang mendalam. Investasikan waktu, tenaga, dan usaha untuk memperdalami   bidangnya.   Namun jangan terlalu haus  akan   kekuatan dan kewajiban. Maju secara perlahan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh si diplomat.
14.  Ketahui ideologi politik diri sendiri. Mau sebagus apapun kebijakannya tetapi tidak sesuai dengan ideologi si diplomat, maka hal tersebut hanyalah akan mengundang tekanan kepada si diplomat.
15.  Manfaatkan   kesempatan.   Bersiap   untuk   mengeksploitasi   kesempatan   yang   bisa dieksploitasi.

Robert D. Blackwill, Direktur US-Israel  Security Project di Belfer Center for science and International Affairs Universitas Harvad mengatakan bahwa ada 15 karakteristik yang harus di miliki oleh seorang diplomat.  Hal tersebut didasarkan oleh pengalamannya selama 4 dekade di bidang diplomasi. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah :
1.      Memiliki passion dan ketertarikan dalam seni berdiplomasi dan hubungan internasional. Apabila diplomat tidak memiliki perasaan ini, maka akan lebih baik untuk mencari profesi yang lain.
2.      Memiliki tempremen analisis. Diplomat harus bisa menahan memberikan komentar sebelum melakukan analisis terlebih dahulu tentang fakta-fakta yang ada dengan suatu kejadian.
3.      Menulis dengan cepat dan baik. Diplomat harus bisa menulis prosa-prosa kata dengan cepat dan berkualitas.
4.      Mampu berkomunikasi secara verbal dengan lancar, ringkas dan tepat. Diplomat harus berbicara atau mengeluarkan respon pada saat yang diperlukan saja dan harus mencoba untuk membuat respon tersebut singkat.
5.      Diplomat harus memiliki perhatian yang tinggi terhadap pekerjaannya. Tidak peduli apakah laporan yang dibuatnya akan diberikan kepada pimpinan negara, atasannya, ataupun kepada rekannya, diplomat harus bisa mengeluarkan hasil dengan kualitas tertinggi.
6.      Jadilah negosiator yang tegas dan efektif. Mendapatkan persetujuan dari lawan bukanlah tujuan utama dari seorang diplomat. Diplomat harus memikirkan kepentingan negaranya dan berusaha untuk menegosiasikan hasil yang akan mendekati dengan kepentingan negaranya. Tetapkan garis yang menjadi batas dan jangan menyebranginya.
7.      Diplomat harus sehat secara fisik dan mental. Pekerjaan diplomat akan memberikan stress kepada tubuh dan mental seorang diplomat, maka darii tu diplomat harus memiliki fisik dan mental yang kuat.
8.      Diplomat harus siap menerima tugas yang berbahaya. Diplomat sering ditempatkan di tempat yang berbahaya dan terkadang meninggal ketika sedang bertugas. Maka darii tu diperlukan juga keberanian yang tinggi untuk menjadi seorang diplomat.
9.      Diplomat harus mengetahui sejarah. Diplomat harus mengetahui sejarah, pengetahuan mendalam akan sejarah akan memberikan pilihan-pilihan dan memberikan penjelasan tentang pembentukan kebijakan dan implementasi dari kebijakan tersebut.
10.  Siap untuk mengeluarkan pendapat dirinya kepada orang yang memiliki kekuatan. Diplomat juga harus mampu untuk mengeluarkan rasa tidak setuju atau setuju kepada lawannya, namun pilihlah keadaan yang tepat untuk mengeluarkan komentar tersebut.
11.  Jujur dan setia kepada atasannya. Jangan pernah mempertanyakan komentar terhadap suatu kebijakan negaranya sendiri kepada umum. Setelah kebijakan sudah ditentukan tugas dari seorang diplomat adalah berusaha untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut walaupun diplomat tidak menyetujuinya. Jangan juga berbohong kepada atasan atau melakukan misrepresentasi atasan.
12.  Memiliki ketahanan hati. Tidak selamanya proses diplomasi yang dilakukan akan berhasil, apabila gagal teguhkan hati dan majulah kepada tantangan berikutnya.
13.  Dapatkan Pengalaman kerja yang mendalam. Investasikan waktu, tenaga, dan usaha untuk memperdalami bidangnya. Namun jangan terlalu haus akan kekuatan dan kewajiban. Maju secara perlahan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh si diplomat.
14.  Ketahui ideologi politik diri sendiri. Mau sebagus apapun kebijakannya tetapi tidak sesuai dengan ideologi si diplomat, maka hal tersebut hanyalah akan mengundang tekanan kepada si diplomat.
15.  Manfaatkan kesempatan. Bersiap untuk mengeksploitasi kesempatan yang bisa dieksploitasi.
Pada awal pembahasan sempat disinggung bahwa seorang Diplomat harus memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun hal itu bukanlah satu-satunya syarat untuk menjadi seorang Diplomat. Suatu syarat lain menjadi seorang Diplomat adalah memiliki mental melayani masyarakat karena memang fungsi utama dari seorang Diplomat adalah mewakili negara asal untuk melindungi kepentingan nasionalnya. Jangan kita bayangkan bahwa kerja seorang Diplomat hanya berkaitan dengan sesuatu yang “keren”, seperti menjadi delegasi PBB atau menjadi negosiator dengan negara lain. Pada zaman sekarang seorang Diplomat dituntut untuk menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat seperti mengurus kepulangan jenazah dari luar negeri atau menyediakan bantuan hukum. Oleh karena itu semua Diplomat yang merasa dirinya seorang birokrat sehingga harus dilayani pada prakteknya tidak akan memberi banyak perubahan bagi negaranya.


2.4 Profil yang Efektif Sebagai Diplomat
Menurut Mabey, Gallagher & Borm (2013) dalam tulisan “Understanding Climate Diplomacy” terdapat tiga kemampuan dalam praktik diplomasi. Ketiga kemampuan tersebut dapat diterapkan dalam kepemimpinan:
1.      Mengenal diri sendiri. Saat melakukan diplomasi, seorang pemimpin perlu untuk memiliki kemampuan mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Hal ini dibutuhkan agar seorang pemimpin menyadari apa yang akan disampaikan saat melakukan negosiasi ataupun berunding dengan orang-orang yang ada di kelompok-kelompok tertentu.
2.      Seorang pemimpin harus mengenal juga siapa lawannya. Artinya, siapa orang atau kelompok yang akan dihadapinya dan seberapa besar kemampuan orang yang akan menjadi lawannya tersebut. Pemahaman terhadap orang lain tersebut menjadi satu hal yang mutlak harus juga menjadi kemampuan pemimpin, hal ini penting agar pemimpin mampu untuk mengantisipasi dan menemukan cara atau tindakan terhadap suatu permasalahan.
3.      Kemampuan pemimpin untuk dapat mengetahui kapasitasnya dalam memberikan pengaruh kepada orang atau kelompok lain. Kapasitas yang dimiliki pemimpin akan membantunya untuk dapat menciptakan strategi yang memberikan pengaruh pada orang lain untuk mempercayainya.

Beberapa kriteria diplomasi berikut dapat dijadikan sebagai pandangan atau view profile seorang diplomat :
1.      Diplomasi Budaya, diplomasi budaya ini tergolong kriteria diplomasi yang unik dimana budaya menjadi salah satu tipe berdiplomasi, sebagai contoh budaya Islam di Arab Saudi, budaya Islam secara tidak langsung melekat dalam profil seorang diplomat itu.
2.      Diplomas Koersif, diplomasi koersif biasanya atau kerap menggunakan kekerasan dalam berplomasinya. Maka dari padangan ini seseorang diplomat dan negara asalnya adalah sebuah negara yang anarkis dan konfrontatif.
3.      Diplomasi Demokrat, diplomasi demokrat kerap menjunjung tinggi aspirasi rakyat dan mengedepankan publik. Dari diplomasi ini memberikan pandangan bagi seorang diplomat dan negaranya bahwa mereka adalah orang yang demokratis.
Diplomasi seorang pemimpin merupakan syarat penting untuk mengatasi masalah-masalah di institusi yang dipimpinnya. Selain komunikasi yang baik dengan berbagai kemampuan yang harus dikuasai oleh pemimpin, perlu aturan yang menjadi ‘benteng’ agar diplomasi berjalan efektif.
Selain itu, terdapat beberapa aturan penting dalam berdiplomasi. Pertama, seorang pemimpin haruslah realistis dengan apa yang sedang dihadapinya. Artinya, bahwa pemimpin harus memiliki kejelian tentang persoalan-persoalannya sehingga dia dapat memilah dari sudut kepentingan berbagai pihak.
Kedua, pemimpin juga harus bijak saat menyampaikan dan menerima masukan dari lawan bicaranya. Dalam berdiplomasi dapat timbul perbedaan pendapat dan persepsi dari berbagai pihak sehingga pemimpin harus mampu menyikapinya dengan baik.
Ketiga, agar efektif, seorang pemimpin hendaknya memahami terkait dengan materi yang akan dibahas sehingga dia dan orang-orang yang akan melakukan perundingan sudah tahu duduk persoalannya. Apabila ada satu pihak yang belum memahami konteksnya maka hal tersebut dapat menghambat proses penentuan keputusan yang akan dicapai oleh kedua belah pihak atau lebih.
Keempat, pemimpin dituntut untuk memiliki kesabaran. Diplomasi adalah suatu proses yang cukup menguras atau menghabiskan energi dan tenaga untuk setiap orang. Hal ini dikarenakan setiap orang yang terlibat dalam proses tersebut akan mencoba untuk mempertahankan apa yang memang menjadi tujuannya, sehingga pemimpin harus tetap sabar dan tenang menghadapi situasi dan perbedaan argumen satu sama lain.
Kelima, diplomasi yang efektif menuntut setiap orang, terutama pemimpin untuk memahami pemasalahan dari banyak perspektif. Pemahaman tersebut penting agar apa yang menjadi persoalan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin saja tidak terpikirkan oleh pemimpin saat itu. Oleh karena itu, cara penting adalah ‘mendengarkan’ dengan seksama apa yang disampaikan oleh orang-orang yang terlibat dalam proses diplomasi. Diplomasi yang dilakukan pemimpin akan dapat mencapai tujuan dan meraih kesepakatan yang dapat menguntungkan semua pihak bila pemimpin benar-benar melakukan pertimbangan-pertimbangan yang matang dan bijak.
Pentingnya diplomasi seorang pemimpin yang menggunakan beragam keterampilan dan keahliannya seperti kemampuan bernegosiasi, berkomunikasi, memiliki strategi-strategi agar efektif dan juga kepekaannya dalam memahami kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya.
2.5 Etika dan Komunikasi Bagi Diplomat
Dalam menjalankan suatu perundingan, bisaanya Diplomat terikat dengan banyak peraturan dan prosedur. Konvensi Wina tahun 1961 telah menjadi panduan bagi para Diplomat yang memiliki latar belakang berbeda budaya bisa bernegosiasi dan berinteraksi dalam sebuah prosedur yang aman., perbedaan yang besar dari banyak budaya bisa menyebabkan berkurangnya peluang suatu perjanjian bisa diterima, semua bisa disanggah dimana perbedaan gaya Diplomatik mempunyai pengaruh yang lebih sedikit dalam bernegosiasi dalam dunia internasional.
Dengan adanya panduan maka para Diplomat tidak bisa bersikap seenaknya dalam menjalankan tugasnya. Panduan ini merupakan etika dalam berdiplomasi. Kami mendefinisikan etika sebagai suatu penentu benar atau tidaknya tindakan yang dilakukan. Namun etika disini tidak menjadi semacam pembatas gerakan bagi seorang Diplomat karena pada kenyataannya Diplomat dituntut untuk menjadi seorang yang jujur terhadap negaranya tapi pandai berbohong terhadap negara lain demi mencapai kepentingan negaranya. Diplomat juga dituntut mampu memanfaatkan situasi untuk mendapatkan dukungan, mampu mencari informasi serta kelemahan negara lain serta mampu berbuat licik demi negaranya. Semua hal ini sah dilakukan asal tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah disepakati. Pada kondisi ini etika akan berfungsi sebagai cara para Diplomat melakukan diplomasi dalam artian, bahwa ketika Diplomat mengetahui etika tersebut, mereka justru akan memanfaatkannya untuk mencari celah melakukan hal yang sebenarnya tidak fair tetapi sah dimata hukum.
Selain berguna untuk membantu Diplomat mencapai kepentingan negaranya, etika dalam berdiplomasi juga berguna untuk melindungi Diplomat itu sendiri, serta untuk melindungi negaranya. Karena Diplomat yang mengerti etika tersebut akan senantiasa menjaga rahasia negaranya dan juga menjaga perilakunya dinegara tempat ia ditugaskan, baik dalam kegiatan kedinasan maupun kegiatan sehari-hari, karena apapun yang dilakukan Diplomat akan mencerminkan negara asalnya. Dan ketika Diplomat melakukan kegiatan yang salah termasuk ketika dalam komunikasi sehari-hari, hal tersebut juga akan membentuk opini yang buruk tentang negara asalnya. Untuk itu dalam melakukan hal ini, seorang Diplomat juga harus memperhatikan sisi komunikasi agar apa yang mereka lakukan dapat berjalan mulus.
Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi dari komunikator terhadap komunikan. Dalam konteks makalah ini kami akan membagi komunikasi menjadi 2 bagian yakni, verbal dan non-verbal (body language). Komunikasi verbal atau melalui bahasa dianggap penting karena berperan sebagai penghubung para Diplomat. Kondisi ini dapat tercipta apabila bahasa yang digunakan bisa dipahami dengan baik oleh para Diplomat. Karena pemahaman yang kurang baik terhadap bahasa dapat menciptakan multi tafsir atau bahkan salah tafsir dari suatu pernyataan. Tidak hanya sampai disitu, pemilihan kata yang baik dalam suatu negosiasi juga sangat diperlukan karena, hal ini dapat menggambarkan seperti apa sebenarnya sikap seorang Diplomat terhadap suatu topik. Sebagai contoh, tidak mungkin Diplomat Indonesia berani mengeluarkan kata-kata yang terkesan sangat keras seperti ‘dengan keras saya menolak!’ ketika harus berhadapan dengan negara yang lebih besar seperti Amerika. Hal itu bisa dianggap suatu penghinaan bagi Amerika dan Indonesia harus bersiap menerima konsekuensinya.
Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah body language. Aspek ini kami nilai penting karena jika kita lihat tuntutan seorang Diplomat yang diwajibkan untuk pandai berbohong pada negara lain body language bisa menjadi hal yang membantu atau malah membongkar tuntutan tersebut. Seperti yang kita pahami bahwa body language dapat mengindikasikan psikologi dari seorang Diplomat. Disatu sisi body language bisa membantu meyakinkan pihak lawan untuk mempercayai apa yang dikatakan seorang Diplomat jika seorang Diplomat mampu mengatur dan membuat body language yang baik. Namun, disisi lain dapat membongkar kebohongan yang direncanakan apabila Diplomat tidak mampu mengatu body language mereka. Sebagai contoh, dalam ilmu psikologi ketika seseorang melontarkan kebohongan maka kondisi alamiah tubuh manusia akan membuat denyut jantung meningkat dan hal ini akan memicu beragam reaksi seperti adanya gerakan yang berlebihan (memainkan jari, menggaruk dahi), menghindari kontak mata atau melihat kebagian kanan atas yang diasosiasikan sebagai usaha untuk memunculkan imajinasi. Oleh karena itu, penting bagi para Diplomat untuk mengatur body language mereka.
Dengan demikian Diplomat yang menguasai perpaduan antara komunikasi verbal dan non-verbal, akan lebih mudah dalam upaya bernegosiasi, dan juga untuk mengetahui lawannya dalam negosiasi. Selain dalam negosiasi, komunikasi ini juga sangat berguna bagi kegiatan sehari-hari para Diplomat yang sedang menjalankan tugasnya di negara lain. Karena dengan menguasai komunikasi, Diplomat akan lebih mudah melindungi dirinya serta melindungi kepentingan negaranya, dan juga lebih mudah untuk mencari informasi dalam berkomunikasi dengan masyarakat.
Dari uraian tersebut, maka terlihat bahwa terdapat semacam keterkaitan yang kuat antara etika dan komunikasi dengan diplomasi. Etika akan dimanfaatkan sebagai usaha untuk melakukan hal yang sebenarnya tidak fair tetapi sah dimata hukum internasional. Lalu komunikasi akan berperan untuk memuluskan langkah para Diplomat tanpa kesalahan. Ketiga hal ini akan menciptakan satu kesatuan yang sangat mempengaruhi sikap dan perilaku Diplomat dalam menjalankan tugas.



Contoh Profile Diplomat Indonesia
Nama                           :           Syahda Guruh L. Samudra
Tanggal Lahir              :           24 November 1976 Banjarmasin
Jabatan                                    :           K. Perjanjian Perdagangan Jasa Ekonomi Investasi Keuangan dan LH
Alasan                            :        Cita – cita dari kecil yang mempunya idealism untuk membela negara Indonesia, namun sempat berpindah dari HI ke Hukum 
Negara Pertama             :         Australia
Memorable Experience :         Saat sedang dalam meja perundingan membahas tentang isu – isu internasional dan saat dalam penugasan di negara liberia.
Suka Duka Diplomat     :        Pastinya memperkaya penghetauan karena pekerjaan ini memungkinkan kita untuk bertemu dengan orang – orang baru , belajar hal – hal baru serta memiliki pengalaman yang tidak sedikit. Namun jika duka yang dibahas ya pasti lah ada hubungannya dengan meninggalkan negara walaupun hanya beberapa tahun dan lebih kepada rindu dengan sanak saudara.
Pengalaman Dinas        :          Sudah menjalani masa abdi selama 16 tahun dan sudah singgah di 30 lebih negara beberapa seperti 3.5 tahun di London , 4 tahun di New York dan banyak lagi.
Posisi awal – sekarang  :         Atase politik , Sekretaris II politik di London, Sekretaris I di New York,Menangani isu protokol , Menangani isu pembangunan serta ekonomi dan arah perjalanan karir pararel. Sekarang menjabat Kasubdit Pejanjian perdagangan ,jasa ekonomi investasi keuangan dan LH



BAB III
KESIMPULAN
Diplomasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam hubungan internasional, mendeskripsikan bahwa diplomasi adalah suatu perbuatan untuk meloloskan kepentingan nasional suatu negara dan menggunakan Diplomat sebagai media. Diplomat merupakan perwakilan resmi negara asalnya, dibawa para diplomat ini menjadi harapan sebuah negara dalam memperjuangkan kepentingan nasional mereka dan juga harga diri negara mereka ke dalam meja perundingan, semua unsur diatas menempatkan perundingan dalam tensi yang tinggi dan para diplomat harus pandai dalam bernegosiasi dalam tensi yang tinggi dimana setiap negara pasti punya kepentingan dalam perjanjian tersebut untuk menimalkan kerugian yang didapat oleh negara dalam sebuah  perjanjian dimana harga diri suatu bangsa bisa tercoreng karena kegagalan yang diakibatkan oleh seorang diplomat yang tidak bisa mengurus kepentingan negara tersebut dalam suatu perjanjian.



DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Roy, S.L., 1991. Diplomasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Bayne , Nicholas., dan Stephen Woolcock. 2007. The New Economic Diplomacy (Global Finance). Farnham: Ashgate Publishing
Rana, K.S., 2002. Inside Diplomacy. Revised Edition.New Delhi:Manas.

Website :
http://Menjadi diplomat melalui seleksi ketat. 23 Agustus 2009.tabloiddiplomasi.org. (diakses pada tanggal 09 November 2016
Jurnal :
Meerts, Paul. 2015. Diplomatic Negotiation : Essence and Evolution. Gilderprint Blackwill, Robert D. "Ideal Qualities of a Successful Diplomat." Paper, Belfer Center for Science and International Affairs, October 17, 2013.
Schneider, Cynthia P., 2004. Culture Communicates: US Diplomacy that Works. Netherlands Institue of International Relations.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar