DIPLOMASI
SEBAGAI PROFESI DAN PROFIL DIPLOMAT YANG EFEKTIF
Disusun
Oleh :
Intan
Permata Sari 2013130117 Auriga Prabowo 2014230092
Aprillia
Anggraeni 2013130120 Dharmanto W 2014230081
Shinta
Sari R 2013130131 Moh. Reza Pahlevi 2014230080
Diva
Sabella 2014230067 Irma Destarika 2014230091
Septian
Dicky A. 2014230066 Tiara Ayu P 20142300102
Ajeng Kartika K. 2014230070 Atya
Salma 2014230082
Lathifah
Irbah N. 2014230071 Aditya Aji 2014230065
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kata diplomasi berawal dari bahasa
Yunani “diploun” untuk menyebut sebuah lembaran yang dilipat. Lembaran ini
dimaksud sebagi lembaran penting yang bisa menyatakan orang yang memegang lembaran tersebut
merupakan orang yang dipercaya. Diplomasi merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam hubungan internasional, mendeskripsikan bahwa diplomasi adalah
suatu perbuatan untuk meloloskan kepentingan nasional suatu negara dan
menggunakan Diplomat sebagai media. Sehingga seorang diplomat merupakan
seseorang yang diberikan kepercayaan oleh negaranya untuk mewakili negara dalam
menjalankan hubungan dengan negara lain.
Dalam menjalankan diplomasi salah
satunya memerlukan professional seperti Profesi, CPNS di Kementerian Luar
Negeri ada 2 bagian yaitu PDDL (Pegawai Dinas Dalam Negeri dan PDLN (Pegawai
Dinas Luar Negeri) dua bagian tersebut yaitu Staff Administrasi dan Diplomat.
Komposisi pegawai Kemlu adalah 1 : 2 antara pejabat diplomatik dan staf administrasi.
Setelah reformasi birokrasi yang dilakukan, jumlah pejabat diplomatik telah
melebihi staf administrasi dengan komposisi 2 : 1.
Sesuai dengan UU No. 37 Tahun 1999 tentang
Hubungan Luar Negeri menuntut diplomasi yang kreatif, aktif, antisipatif, tidak
sekedar rutin dan reaktif, teguh, rasional dan luwes,. Profesi diplomat melalui
aturan Jabatan Fungsional Diplomat (JFD). Dalam JFD, tugas pokok diplomat
merupakan tolok ukur penilaian kinerja. Terdapat lima tugas pokok diplomat,
yaitu: mewakili, melakukan negosiasi, melindungi, melakukan promosi, dan
pelaporan. PDLN diberikan status “pejabat fungsional” dan disebut Pejabat Fungsional
Diplomat (PFD) sebagai pengakuan atas pengetahuan dan kemampuan yang mereka
miliki di bidang
diplomasi. Diplomasi sebagai cabang profesi mempunyai sifat khusus yang
memerlukan pengetahuan dan pengalaman khusus, terutama hubungan luar negeri. Jika
diperlukan PFD dapat memegang jabatan struktural baik di pusat maupun
perwakilan tanpa meninggalkan statusnya sebagai PFD (Kemlu.go.id)
1.2
Rumusan Masalah
Dari pemaparan di atas, maka akan dapat
ditarik sebuah kesimpulan permasalahan dengan pertanyaan
“
Bagaimana diplomasi menjadi profesi dan bagaimana profil diplomat yang efektif
?”
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan
makalah ini dibuat untuk mengetahui diplomasi sebagai profesi dan diplomat yang
efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Diplomasi Sebagai Profesi
Diplomasi sebagai sebuah alat yang
digunakan dalam mencapai suatu kesepakatan atau kompromi tentu memerlukan
tenaga ahli yang dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hal tersebut
yakni diplomat. Roy (1991) mengatakan bahwasannya tugas seorang diplomat tidak
hanya mengumpulkan informasi dan lalu mengirimkannya kepada pemerintahannya
namun ia juga diharapkan untuk “menjual” tujuan – tujuan politik luar negeri
negaranya sendiri kepada negara dimana ia ditugaskan. Dengan melihat pernyataan
tersebut, menunjukan seberapa besar peran seorang diplomat dalam menjalankan
tugas negaranya. Secara tidak langsung, diplomat bertindak sebagai pembuat
kebijaksanaan karena menyediakan informasi terbesar yang digunakan sebagai
dasar suatu kebijaksanaan.
Ada
beberapa Tipe-tipe diplomat secara profesi, yaitu :
1.
Diplomat
Kenegaraan, ialah
sebuah pekerjaan yang menuntut seseorang menjalankan tugas diplomasi sebuah
negara dan menjalankan misinya di negara tempat ia ditugaskan. Biasanya
pekerjaan ini ada di bawah lindungan departemen luar negeri atau sekertaris
negara atau duta besar. Pekerjaannya biasanya penuh waktu.
2.
Diplomat
Usaha, ialah sebuah pekerjaan yang menuntut
seseorang memperlancar usaha atau bisnis yang dia emban. Dalam korporasi besar,
diplomat jenis ini biasanya ada dalam divisi ekspansi bisnis (bisa marketing
bisa pula business intelegent). Sama seperti diplomat kenegaraan,
pekerjaan mereka biasanya penuh waktu.
3.
Diplomat
Dengan Alasan, ialah sebuah kejadian yang menuntut
seseorang atau sebuah badan menjadi diplomat. Contoh yang paling simpel mungkin
adalah Pak/Bu RT jika di Indonesia. Meskipun bukan pekerjaan utamanya, namun
beliau kadang mendapat tanggung-jawab menengahi perseteruan antar dua tetangga
di kampungnya. Ketika beliau melerai dan mengatasi meluasnya efek perpecahan di
lokasinya, maka ia segera mendamaikan kedua belah pihak. Praktek ini bisa pula
disebut sebagai diplomasi.
Setiap orang bisa menjadi diplomat.
Sebab setiap orang punya bakat menjalankan tugas diplomasi. Bahkan ketika kita
sedang tawar-menawar di pasar saja, sebenarnya kita sedang menjalankan seni
diplomasi. Namun agar lebih mudahnya, saat ini, mari kita bicara mengenai
diplomat kenegaraan saja.
Konvensi Wina tahun 1961 menjadi sebuah panduan dimana semua
kebiasan dan norma masyarakat Eropa diterapkan ke seluruh negara, sebagai
tambahan budaya bernegosiasi telah berkembang, dimana para diplomat yang
berasal dari berbagai latar belakang budaya bisa bernegosiasi dan berinteraksi
dalam sebuah prosedur yang aman, perbedaan yang besar dari banyak budaya bisa
menyebabkan berkurangnya peluang suatu perjanjian bisa diterima, semua bisa
disanggah dimana perbedaan gaya dalam diplomatik mempunyai perngaruh yang lebih
sedikit dalam iklim bernegosiasi dalam dunia bisnis internasonal, tidak
terpengaruh dimana para diplomat merencanakan untuk menggunkan berbagai macam taktik
(Meerts, Paul. 2015)
Diplomat Profesional
Sudah
dijelaskan di atas bahwa diplomat adalah orang yang menjalankan praktek dan
seni diplomasi. Jadi pertanyaannya, apakah setiap orang yang menjalankan
praktek dan seni ini adalah seorang diplomat. Jawabannya bisa iya dan tidak. Iya, sebab siapapun atau apapun yang bisa berdiplomasi sudah
bisa dikategorikan sebagai diplomat. Namun bisa tidak, sebab pada saat ini
diplomasi lebih cenderung kepada praktek praktis hubungan bilateral antar dua
negara atau institusi. Orang/badan yang menjalankan praktek diplomasi dalam
2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Diplomat
Menurut
Peraturan Menteri PAN No. PER/87/M.PAN/8/2005 dan Konvensi Wina tentang
Hubungan Diplomatik tahun 1961, tugas
dari diplomat ialah:
1.
Representating,
maksudnya mewakili Negara Republik Indonesia secara keseluruhan di negara
penerima/organisasi;
2.
Negotiating
(perundingan), maksudnya ialah memperjuangkan kepentingan bangsa, negara, dan
Pemerintah Indonesia melalui pendekatan dan perundingan;
3.
Protecting
(melindungi), ialah melindungi kepentingan negara, Pemerintah Indonesia, dan
Badan Hukum Indonesia
4.
Promoting
(mempromosikan), ialah meningkatkan kerjasama antara Indonesia dengan negara
penerima melalui kegiatan dalam bidang yang bermanfaat bagi kepentingan
nasional;
5.
Reporting
(melaporkan), ialah pelaporan hasil tugas, pelaksanaan kewajiban, pengamatan
dan analisis di bidang ekonomi, pertahanan dan keamanan, politik, di negara
penerima atau organisasi internasional.
Selain tugas di atas, Diplomat juga
dapat menjadi legal adviser
Pemerintah, dimana sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang
No. 24 Tahun 2000, disebut dengan Direktorat Hukum dan Perjanjian Internasional
Departemen Luar Negeri dimana direktorat ini mengkoordinasikan hubungan
perjanjian baik bilateral maupun multilateral antara Indonesia dengan negara
penerima atau organisasi internasional.
Tugas diplomatik juga bisa dilihat dari
segi ekomoni dan politik, dari segi ekonomi diplomat ditugaskan untuk memahami
berbagi spectrum ekonomi di negara tempat ia ditugaskan guna mencapai
kepentingan nasionalnya. Hal ini mencakup kebijakan yang berhubungan dengan
produksi, gerakan atau pertukaran barang, jasa, instrumen (termasuk bantuan
pembangunan resmi), informasi uang dan peraturan ekonomi mereka (Bayne dan
Woolcock, 2007). Aktor yang berpengaruh dari segi ekonomi bukan hanya negara,
melainkan aktor non-negara seperti Organisasi Internasional, LSM, pebisnis,
investor beserta masyarkaat didalamnya.
Tugas diplomat dari sisi ekonomi
mencakup keahlian dalam mengatasi dunia luar guna memaksimalkan keuntungan
nasional mereka di semua bidang ekonomi, termasuk perdagangan, investasi, dan
bentuk-bentuk lain dari pertukaran ekonomi yang bersifat menguntungkan, baik
dari dimensi bilateral, regional dan multilateral. (Rana, 2002). Dan dari segi
politik, diplomat diharuskan untuk memahami dan menyampaikan fungsi-fungsi
politik di negara tempat ia bertugas. Hal ini mencakup berbagai kegiatan yang
dapat mempengaruhi kebijakan politik dalam dan luar negeri suatu negara,
termasuk didalamnya strategi atau taktik politik mengenai revolusi, perdamaian,
atau bahkan peperangan (Baker, 1995).
2.3 Persyaratan
Menjadi Diplomat
Diplomat yang handal dan professional
hanya dapat dibentuk melalui SDM yang berkualitas yang didapat melalui system
rekrutmen yang ketat dan komperehensif. Proses seleksi diplomat merupakan hal
yang penting bagi pengembangan profesi diplomat Indonesia. Terkait dengan hal
tersebut, Kementrian Luar Negeri menyelenggarakan penerimaan calon diplomat
dengan metode komperehensif dan accountable.
Rekrutmen diumumkan secara terbuka dilaksanakan secara efektif dan efisien
dan diumumkan secara transparan dalam hal penentuan kelulusan dan pengumuman
hasil akhir seleksi. Tahapan-tahapan seleksi yang harus dilalui oleh pelamar
sebelum bergabung menjadi anggota korps diplomat Indonesia
(tabloiddiplomasi.org) adalah : 1. Seleksi administrasi, 2. Ujian tulis
substansi, 3. Ujian penguasaan bahasa asing, 4. Psikotes, 5. Wawancara
substansi, 6. Tes kemampuan teknologi informasi.
Tentang syarat menjadi seorang Diplomat
yakni, seorang Diplomat harus paham dan mengenal betul negaranya sendiri. Dalam
artian dia harus menguasai pengetahuan tentang sejarah, sistem serta dinamika
ekonomi, social, politik dan budaya negaranya sendiri. Hal inilah yang sering
menjadi kesalahan bagi para calon Diplomat karena mayoritas dari para calon
Diplomat terlalu fokus dengan masalah-masalah internasional padahal pengetahuan
tentang masalah-masalah dalam negeri juga perlu untuk diperhatikan. Penguasaan
terhadap banyak bahasa tida akan berarti jika tidak didukung dengan social
skill yang baik seperti kemampuan untuk berinteraksi. Seorang Diplomat haruslah
orang yang mudah bergaul dengan siapa saja dari latar belakang yang berbeda.
Hal ini mengindikasikan bahwa orang itu adalah orang yang berpikiran terbuka.
Syarat
umum yang harus dilengkapi oleh diplomat :
1.
Bersedia
ditempatkan dimana saja.
2.
Mengenal budaya
lokal tempat ia ditugaskan dan memahami bahasa dengan baik.
3.
Bersedia
aktif dalam komunitas lokal maupun internasional tempat ia ditugaskan.
4.
Memiliki
kemampuan komunikasi yang baik.
5.
Taktis dan
diplomatis.
6.
Memiliki
keahlian pengorganisasian.
7.
Mudah membangun
jaring kenalan.
8.
Ini yang
paling penting: Selalu mencatat dan melaporkan hasil praktek dan seni
diplomasinya kepada negara yang memberinya tugas dalam saluran khusus.
9.
Robert D. Blackwill, Direktur US-Israel Security Project di Belfer Center for science
and
International Affairs Universitas Harvad mengatakan bahwa ada 15 karakteristik
yang harus di miliki oleh seorang diplomat.
Hal tersebut didasarkan oleh pengalamannya selama 4 dekade di bidang
diplomasi. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah :
1. Memiliki passion
dan ketertarikan dalam
seni berdiplomasi dan
hubungan internasional. Apabila diplomat tidak memiliki perasaan
ini, maka akan lebih baik untuk mencari profesi yang lain.
2. Memiliki tempremen
analytical. Diplomat harus bisa
menahan memberikan komentar sebelum melakukan
analisis terlebih dahulu tentang fakta-fakta yang ada dengan suatu kejadian.
3. Menulis dengan
cepat dan baik.
Diplomat harus bisa
menulis prosa-prosa kata dengan cepat dan berkualitas.
4. Mampu berkomunikasi secara verbal
dengan lancar, ringkas dan tepat. Diplomat harus berbicara atau mengeluarkan
respon pada saat yang diperlukan saja dan harus mencoba untuk membuat respon
tersebut singkat.
5. Diplomat harus memiliki perhatian
yang tinggi terhadap pekerjaannya. Tidak peduli apakah laporan yang dibuatnya
akan diberikan kepada pimpinan negara, atasannya, ataupun kepada rekannya, diplomat
harus bisa mengeluarkan hasil dengan kualitas tertinggi.
6. Jadilah negosiator
yang tegas dan
efektif. Mendapatkan persetujuan
dari lawan bukanlah tujuan
utama dari seorang
diplomat. Diplomat harus
memikirkan kepentingan
negaranya dan berusaha
untuk menegosiasikan hasil
yang akan mendekati dengan kepentingan
negaranya. Tetapkan garis yang menjadi batas dan jangan menyebranginya.
7. Diplomat harus sehat secara fisik
dan mental. Pekerjaan diplomat akan memberikan stress kepada
tubuh dan mental
seorang diplomat, maka darii tu diplomat harus memiliki fisik dan mental yang
kuat.
8. Diplomat harus siap menerima tugas
yang berbahaya. Diplomat sering ditempatkan di tempat yang berbahaya dan
terkadang meninggal ketika sedang bertugas. Maka dari itu diperlukan juga
keberanian yang tinggi untuk menjadi seorang diplomat.
9. Diplomat harus
mengetahui sejarah. Diplomat
harus mengetahui sejarah, pengetahuan mendalam
akan sejarah akan
memberikan pilihan-pilihan dan memberikan penjelasan
tentang pembentukan kebijakan
dan implementasi dari kebijakan tersebut.
10. Siap untuk mengeluarkan pendapat
dirinya kepada orang yang memiliki kekuatan. Diplomat juga
harus mampu untuk
mengeluarkan rasa tidak
setuju atau setuju kepada lawannya, namun pilihlah
keadaan yang tepat untuk mengeluarkan komentar tersebut.
11. Jujur
dan setia kepada
atasannya. Jangan pernah
mempertanyakan komentar terhadap suatu kebijakan negaranya
sendiri kepada umum. Setelah kebijakan sudah ditentukan tugas
dari seorang diplomat
adalah berusaha untuk mengimplementasikan kebijakan
tersebut walaupun diplomat tidak menyetujuinya. Jangan juga berbohong kepada
atasan atau melakukan misrepresentasi atasan.
12. Memiliki ketahanan hati. Tidak selamanya
proses diplomasi yang dilakukan akan berhasil, apabila gagal teguhkan
hati dan majulah kepada tantangan berikutnya.
13. Dapatkan Pengalaman kerja yang
mendalam. Investasikan waktu, tenaga, dan usaha untuk memperdalami bidangnya.
Namun jangan terlalu haus
akan kekuatan dan kewajiban. Maju secara perlahan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh si diplomat.
14. Ketahui ideologi politik diri
sendiri. Mau sebagus apapun kebijakannya tetapi tidak sesuai dengan ideologi si
diplomat, maka hal tersebut hanyalah akan mengundang tekanan kepada si diplomat.
15. Manfaatkan kesempatan.
Bersiap untuk mengeksploitasi kesempatan
yang bisa dieksploitasi.
Robert
D. Blackwill, Direktur US-Israel
Security Project di Belfer Center for science and International Affairs
Universitas Harvad mengatakan bahwa ada 15 karakteristik yang harus di miliki
oleh seorang diplomat. Hal tersebut
didasarkan oleh pengalamannya selama 4 dekade di bidang diplomasi.
Karakteristik-karakteristik tersebut adalah :
1.
Memiliki
passion dan ketertarikan dalam seni
berdiplomasi dan hubungan internasional. Apabila diplomat tidak memiliki
perasaan ini, maka akan lebih baik untuk mencari profesi yang lain.
2.
Memiliki
tempremen analisis.
Diplomat harus bisa menahan memberikan komentar sebelum melakukan analisis
terlebih dahulu tentang fakta-fakta yang ada dengan suatu kejadian.
3. Menulis
dengan cepat dan baik. Diplomat harus bisa menulis prosa-prosa kata dengan
cepat dan berkualitas.
4. Mampu
berkomunikasi secara verbal dengan lancar, ringkas dan tepat. Diplomat harus
berbicara atau mengeluarkan respon pada saat yang diperlukan saja dan harus
mencoba untuk membuat respon tersebut singkat.
5. Diplomat harus memiliki
perhatian yang tinggi terhadap pekerjaannya. Tidak peduli apakah laporan yang
dibuatnya akan diberikan kepada pimpinan negara, atasannya, ataupun kepada
rekannya, diplomat harus bisa mengeluarkan hasil dengan kualitas tertinggi.
6. Jadilah
negosiator yang tegas dan efektif. Mendapatkan persetujuan dari lawan bukanlah
tujuan utama dari seorang diplomat. Diplomat harus memikirkan kepentingan
negaranya dan berusaha untuk menegosiasikan hasil yang akan mendekati dengan
kepentingan negaranya. Tetapkan garis yang menjadi batas dan jangan
menyebranginya.
7. Diplomat
harus sehat secara fisik dan mental. Pekerjaan diplomat akan memberikan stress
kepada tubuh dan mental seorang diplomat, maka darii tu diplomat harus memiliki
fisik dan mental yang kuat.
8. Diplomat
harus siap menerima tugas yang berbahaya. Diplomat sering ditempatkan di tempat
yang berbahaya dan terkadang meninggal ketika sedang bertugas. Maka darii tu
diperlukan juga keberanian yang tinggi untuk menjadi seorang diplomat.
9. Diplomat
harus mengetahui sejarah. Diplomat harus mengetahui sejarah, pengetahuan
mendalam akan sejarah akan memberikan pilihan-pilihan dan memberikan penjelasan
tentang pembentukan kebijakan dan implementasi dari kebijakan tersebut.
10. Siap
untuk mengeluarkan pendapat dirinya kepada orang yang memiliki kekuatan.
Diplomat juga harus mampu untuk mengeluarkan rasa tidak setuju atau setuju
kepada lawannya, namun pilihlah keadaan yang tepat untuk mengeluarkan komentar
tersebut.
11. Jujur
dan setia kepada atasannya. Jangan pernah mempertanyakan komentar terhadap
suatu kebijakan negaranya sendiri kepada umum. Setelah kebijakan sudah
ditentukan tugas dari seorang diplomat adalah berusaha untuk
mengimplementasikan kebijakan tersebut walaupun diplomat tidak menyetujuinya.
Jangan juga berbohong kepada atasan atau melakukan misrepresentasi atasan.
12. Memiliki
ketahanan hati. Tidak selamanya proses diplomasi yang dilakukan akan berhasil,
apabila gagal teguhkan hati dan majulah kepada tantangan berikutnya.
13. Dapatkan
Pengalaman kerja yang mendalam. Investasikan waktu, tenaga, dan usaha untuk
memperdalami bidangnya. Namun jangan terlalu haus akan kekuatan dan kewajiban.
Maju secara perlahan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh si diplomat.
14. Ketahui
ideologi politik diri sendiri. Mau sebagus apapun kebijakannya tetapi tidak
sesuai dengan ideologi si diplomat, maka hal tersebut hanyalah akan mengundang
tekanan kepada si diplomat.
15. Manfaatkan
kesempatan. Bersiap untuk mengeksploitasi kesempatan yang bisa dieksploitasi.
Pada awal pembahasan sempat disinggung bahwa seorang
Diplomat harus memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun hal itu bukanlah
satu-satunya syarat untuk menjadi seorang Diplomat. Suatu syarat lain menjadi
seorang Diplomat adalah memiliki mental melayani masyarakat karena memang
fungsi utama dari seorang Diplomat adalah mewakili negara asal untuk melindungi
kepentingan nasionalnya. Jangan kita bayangkan bahwa kerja seorang Diplomat
hanya berkaitan dengan sesuatu yang “keren”, seperti menjadi delegasi PBB atau
menjadi negosiator dengan negara lain. Pada zaman sekarang seorang Diplomat
dituntut untuk menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat
seperti mengurus kepulangan jenazah dari luar negeri atau menyediakan bantuan
hukum. Oleh karena itu semua Diplomat yang merasa dirinya seorang birokrat
sehingga harus dilayani pada prakteknya tidak akan memberi banyak perubahan
bagi negaranya.
2.4 Profil yang
Efektif Sebagai Diplomat
Menurut
Mabey, Gallagher & Borm (2013) dalam tulisan “Understanding Climate Diplomacy” terdapat tiga kemampuan dalam
praktik diplomasi. Ketiga kemampuan tersebut dapat diterapkan dalam
kepemimpinan:
1. Mengenal
diri sendiri. Saat melakukan diplomasi, seorang pemimpin perlu untuk memiliki
kemampuan mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Hal ini dibutuhkan
agar seorang pemimpin menyadari apa yang akan disampaikan saat melakukan
negosiasi ataupun berunding dengan orang-orang yang ada di kelompok-kelompok
tertentu.
2. Seorang
pemimpin harus mengenal juga siapa lawannya. Artinya, siapa orang atau kelompok
yang akan dihadapinya dan seberapa besar kemampuan orang yang akan menjadi
lawannya tersebut. Pemahaman terhadap orang lain tersebut menjadi satu hal yang
mutlak harus juga menjadi kemampuan pemimpin, hal ini penting agar pemimpin
mampu untuk mengantisipasi dan menemukan cara atau tindakan terhadap suatu
permasalahan.
3. Kemampuan
pemimpin untuk dapat mengetahui kapasitasnya dalam memberikan pengaruh kepada
orang atau kelompok lain. Kapasitas yang dimiliki pemimpin akan membantunya
untuk dapat menciptakan strategi yang memberikan pengaruh pada orang lain untuk
mempercayainya.
Beberapa kriteria diplomasi
berikut dapat dijadikan sebagai pandangan atau view profile seorang diplomat
:
1.
Diplomasi Budaya, diplomasi budaya ini tergolong
kriteria diplomasi yang unik dimana budaya menjadi salah satu tipe
berdiplomasi, sebagai contoh budaya Islam di Arab Saudi, budaya Islam secara
tidak langsung melekat dalam profil seorang diplomat itu.
2.
Diplomas Koersif, diplomasi koersif biasanya atau kerap
menggunakan kekerasan dalam berplomasinya. Maka dari padangan ini seseorang
diplomat dan negara asalnya adalah sebuah negara yang anarkis dan konfrontatif.
3.
Diplomasi Demokrat, diplomasi demokrat kerap
menjunjung tinggi aspirasi rakyat dan mengedepankan publik. Dari diplomasi ini
memberikan pandangan bagi seorang diplomat dan negaranya bahwa mereka adalah
orang yang demokratis.
Diplomasi
seorang pemimpin merupakan syarat penting untuk mengatasi masalah-masalah di institusi
yang dipimpinnya. Selain komunikasi yang baik dengan berbagai kemampuan yang
harus dikuasai oleh pemimpin, perlu aturan yang menjadi ‘benteng’ agar
diplomasi berjalan efektif.
Selain
itu, terdapat beberapa aturan penting dalam berdiplomasi. Pertama, seorang
pemimpin haruslah realistis dengan apa yang sedang dihadapinya. Artinya, bahwa
pemimpin harus memiliki kejelian tentang persoalan-persoalannya sehingga dia
dapat memilah dari sudut kepentingan berbagai pihak.
Kedua,
pemimpin juga harus bijak saat menyampaikan dan menerima masukan dari lawan
bicaranya. Dalam berdiplomasi dapat timbul perbedaan pendapat dan persepsi dari
berbagai pihak sehingga pemimpin harus mampu menyikapinya dengan baik.
Ketiga,
agar efektif, seorang pemimpin hendaknya memahami terkait dengan materi yang
akan dibahas sehingga dia dan orang-orang yang akan melakukan perundingan sudah
tahu duduk persoalannya. Apabila ada satu pihak yang belum memahami konteksnya
maka hal tersebut dapat menghambat proses penentuan keputusan yang akan dicapai
oleh kedua belah pihak atau lebih.
Keempat,
pemimpin dituntut untuk memiliki kesabaran. Diplomasi adalah suatu proses yang
cukup menguras atau menghabiskan energi dan tenaga untuk setiap orang. Hal ini dikarenakan setiap orang
yang terlibat dalam proses tersebut akan mencoba untuk mempertahankan apa yang
memang menjadi tujuannya, sehingga pemimpin harus tetap sabar dan tenang
menghadapi situasi dan perbedaan argumen satu sama lain.
Kelima,
diplomasi yang efektif menuntut setiap orang, terutama pemimpin untuk memahami
pemasalahan dari banyak perspektif. Pemahaman tersebut penting agar apa yang
menjadi persoalan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin saja
tidak terpikirkan oleh pemimpin saat itu. Oleh
karena itu, cara penting adalah ‘mendengarkan’ dengan seksama apa yang
disampaikan oleh orang-orang yang terlibat dalam proses diplomasi. Diplomasi
yang dilakukan pemimpin akan dapat mencapai tujuan dan meraih kesepakatan yang
dapat menguntungkan semua pihak bila pemimpin benar-benar melakukan
pertimbangan-pertimbangan yang matang dan bijak.
Pentingnya diplomasi seorang
pemimpin yang menggunakan beragam keterampilan dan keahliannya seperti
kemampuan bernegosiasi, berkomunikasi, memiliki strategi-strategi agar efektif
dan juga kepekaannya dalam memahami kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang
dipimpinnya.
2.5 Etika dan
Komunikasi Bagi Diplomat
Dalam menjalankan suatu perundingan, bisaanya
Diplomat terikat dengan banyak peraturan dan prosedur. Konvensi Wina tahun 1961
telah menjadi panduan bagi para Diplomat yang memiliki latar belakang berbeda
budaya bisa bernegosiasi dan berinteraksi dalam sebuah prosedur yang aman.,
perbedaan yang besar dari banyak budaya bisa menyebabkan berkurangnya peluang
suatu perjanjian bisa diterima, semua bisa disanggah dimana perbedaan gaya
Diplomatik mempunyai pengaruh yang lebih sedikit dalam bernegosiasi dalam dunia
internasional.
Dengan adanya panduan maka para Diplomat tidak bisa
bersikap seenaknya dalam menjalankan tugasnya. Panduan ini merupakan etika dalam
berdiplomasi. Kami mendefinisikan etika sebagai suatu penentu benar atau
tidaknya tindakan yang dilakukan. Namun etika disini tidak menjadi semacam
pembatas gerakan bagi seorang Diplomat karena pada kenyataannya Diplomat
dituntut untuk menjadi seorang yang jujur terhadap negaranya tapi pandai
berbohong terhadap negara lain demi mencapai kepentingan negaranya. Diplomat
juga dituntut mampu memanfaatkan situasi untuk mendapatkan dukungan, mampu
mencari informasi serta kelemahan negara lain serta mampu berbuat licik demi
negaranya. Semua hal ini sah dilakukan asal tidak melanggar ketentuan-ketentuan
yang telah disepakati. Pada kondisi ini etika akan berfungsi sebagai cara para
Diplomat melakukan diplomasi dalam artian, bahwa ketika Diplomat mengetahui
etika tersebut, mereka justru akan memanfaatkannya untuk mencari celah
melakukan hal yang sebenarnya tidak fair
tetapi sah dimata hukum.
Selain berguna untuk membantu Diplomat mencapai
kepentingan negaranya, etika dalam berdiplomasi juga berguna untuk melindungi
Diplomat itu sendiri, serta untuk melindungi negaranya. Karena Diplomat yang
mengerti etika tersebut akan senantiasa menjaga rahasia negaranya dan juga
menjaga perilakunya dinegara tempat ia ditugaskan, baik dalam kegiatan
kedinasan maupun kegiatan sehari-hari, karena apapun yang dilakukan Diplomat
akan mencerminkan negara asalnya. Dan ketika Diplomat melakukan kegiatan yang
salah termasuk ketika dalam komunikasi sehari-hari, hal tersebut juga akan
membentuk opini yang buruk tentang negara asalnya. Untuk itu dalam melakukan
hal ini, seorang Diplomat juga harus memperhatikan sisi komunikasi agar apa
yang mereka lakukan dapat berjalan mulus.
Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses
penyampaian informasi dari komunikator terhadap komunikan. Dalam konteks
makalah ini kami akan membagi komunikasi menjadi 2 bagian yakni, verbal dan
non-verbal (body language).
Komunikasi verbal atau melalui bahasa dianggap penting karena berperan sebagai
penghubung para Diplomat. Kondisi ini dapat tercipta apabila bahasa yang
digunakan bisa dipahami dengan baik oleh para Diplomat. Karena pemahaman yang
kurang baik terhadap bahasa dapat menciptakan multi tafsir atau bahkan salah
tafsir dari suatu pernyataan. Tidak hanya sampai disitu, pemilihan kata yang
baik dalam suatu negosiasi juga sangat diperlukan karena, hal ini dapat
menggambarkan seperti apa sebenarnya sikap seorang Diplomat terhadap suatu topik.
Sebagai contoh, tidak mungkin Diplomat Indonesia berani mengeluarkan kata-kata
yang terkesan sangat keras seperti ‘dengan keras saya menolak!’ ketika harus
berhadapan dengan negara yang lebih besar seperti Amerika. Hal itu bisa
dianggap suatu penghinaan bagi Amerika dan Indonesia harus bersiap menerima
konsekuensinya.
Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah body language. Aspek ini kami nilai
penting karena jika kita lihat tuntutan seorang Diplomat yang diwajibkan untuk
pandai berbohong pada negara lain body
language bisa menjadi hal yang membantu atau malah membongkar tuntutan
tersebut. Seperti yang kita pahami bahwa body
language dapat mengindikasikan psikologi dari seorang Diplomat. Disatu sisi
body language bisa membantu
meyakinkan pihak lawan untuk mempercayai apa yang dikatakan seorang Diplomat
jika seorang Diplomat mampu mengatur dan membuat body language yang baik. Namun, disisi lain dapat membongkar
kebohongan yang direncanakan apabila Diplomat tidak mampu mengatu body language mereka. Sebagai contoh,
dalam ilmu psikologi ketika seseorang melontarkan kebohongan maka kondisi
alamiah tubuh manusia akan membuat denyut jantung meningkat dan hal ini akan
memicu beragam reaksi seperti adanya gerakan yang berlebihan (memainkan jari,
menggaruk dahi), menghindari kontak mata atau melihat kebagian kanan atas yang
diasosiasikan sebagai usaha untuk memunculkan imajinasi. Oleh karena itu,
penting bagi para Diplomat untuk mengatur body
language mereka.
Dengan demikian Diplomat yang menguasai perpaduan
antara komunikasi verbal dan non-verbal, akan lebih mudah dalam upaya
bernegosiasi, dan juga untuk mengetahui lawannya dalam negosiasi. Selain dalam
negosiasi, komunikasi ini juga sangat berguna bagi kegiatan sehari-hari para
Diplomat yang sedang menjalankan tugasnya di negara lain. Karena dengan
menguasai komunikasi, Diplomat akan lebih mudah melindungi dirinya serta
melindungi kepentingan negaranya, dan juga lebih mudah untuk mencari informasi
dalam berkomunikasi dengan masyarakat.
Dari uraian tersebut, maka terlihat bahwa terdapat
semacam keterkaitan yang kuat antara etika dan komunikasi dengan diplomasi.
Etika akan dimanfaatkan sebagai usaha untuk melakukan hal yang sebenarnya tidak
fair tetapi sah dimata hukum
internasional. Lalu komunikasi akan berperan untuk memuluskan langkah para
Diplomat tanpa kesalahan. Ketiga hal ini akan menciptakan satu kesatuan yang
sangat mempengaruhi sikap dan perilaku Diplomat dalam menjalankan tugas.
Contoh
Profile Diplomat Indonesia
Nama : Syahda Guruh L. Samudra
Tanggal Lahir : 24 November 1976 Banjarmasin
Jabatan : K. Perjanjian Perdagangan Jasa
Ekonomi Investasi Keuangan dan LH
Alasan : Cita
– cita dari kecil yang mempunya idealism untuk membela negara Indonesia, namun
sempat berpindah dari HI ke Hukum
Negara
Pertama : Australia
Memorable Experience : Saat sedang dalam meja perundingan
membahas tentang isu – isu internasional dan saat dalam penugasan di negara
liberia.
Suka Duka Diplomat : Pastinya
memperkaya penghetauan karena pekerjaan ini memungkinkan kita untuk bertemu
dengan orang – orang baru , belajar hal – hal baru serta memiliki pengalaman
yang tidak sedikit. Namun jika duka yang dibahas ya pasti lah ada hubungannya
dengan meninggalkan negara walaupun hanya beberapa tahun dan lebih kepada rindu
dengan sanak saudara.
Pengalaman Dinas : Sudah
menjalani masa abdi selama 16 tahun dan sudah singgah di 30 lebih negara
beberapa seperti 3.5 tahun di London , 4 tahun di New York dan banyak lagi.
Posisi awal – sekarang : Atase
politik , Sekretaris II politik di London, Sekretaris I di New York,Menangani
isu protokol , Menangani isu pembangunan serta ekonomi dan arah perjalanan
karir pararel. Sekarang menjabat Kasubdit Pejanjian perdagangan ,jasa ekonomi
investasi keuangan dan LH
BAB III
KESIMPULAN
Diplomasi
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam hubungan internasional,
mendeskripsikan bahwa diplomasi adalah suatu perbuatan untuk meloloskan
kepentingan nasional suatu negara dan menggunakan Diplomat sebagai media. Diplomat merupakan perwakilan resmi negara asalnya,
dibawa para diplomat ini menjadi harapan sebuah negara dalam memperjuangkan
kepentingan nasional mereka dan juga harga diri negara mereka ke dalam meja
perundingan, semua unsur diatas menempatkan perundingan dalam tensi yang tinggi
dan para diplomat harus pandai dalam bernegosiasi dalam tensi yang tinggi
dimana setiap negara pasti punya kepentingan dalam perjanjian tersebut untuk
menimalkan kerugian yang didapat oleh negara dalam sebuah perjanjian
dimana harga diri suatu bangsa bisa tercoreng karena kegagalan yang diakibatkan
oleh seorang diplomat yang tidak bisa mengurus kepentingan negara tersebut
dalam suatu perjanjian.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
:
Roy,
S.L., 1991. Diplomasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Bayne ,
Nicholas., dan Stephen Woolcock. 2007. The New Economic Diplomacy (Global Finance). Farnham: Ashgate Publishing
Rana,
K.S., 2002. Inside
Diplomacy.
Revised Edition.New Delhi:Manas.
Website :
http://Menjadi diplomat melalui
seleksi ketat. 23 Agustus 2009.tabloiddiplomasi.org. (diakses
pada tanggal 09 November 2016
Jurnal :
Meerts, Paul. 2015. Diplomatic Negotiation :
Essence and Evolution. Gilderprint Blackwill, Robert D.
"Ideal Qualities of a Successful Diplomat." Paper, Belfer Center for
Science and International Affairs, October 17, 2013.
Schneider,
Cynthia P., 2004. Culture Communicates:
US Diplomacy that Works. Netherlands Institue of International Relations.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar