Kamis, 22 September 2016

Propaganda dan Diplomais - Gideon Lauren Martua (2014230097)



Propaganda dan Diplomasi

            Definisi menurut ahli Terrence Qualter adalah usaha yang secara disengaja oleh individu maupun kelompok melalui instrumen komunikasi dengan begitu pada situasi yang dikonstruksikan dari objek yang dipilih oleh sang propagandis. Jadi “usaha yang disengaja” itu adalah kunci dari propaganda. Tujuan mengubah opinis,sikap,dan tingkah laku pihak lain dengan menggunakan metode komunikasi untuk membujuk sasaran agar menerima pandangan propagandis. Kegiatan masyarakat dan propaganda menjadi pembantu dalam profesi diplomasi dan perang sejak profesi ini muncul.  Atau bahkan
            Propagandan bisa hanya bisa mendukung diplomasi apabila dilakukan dengan tepat. Diplomasi melalui komunikasi propaganda apabila tidak didukung oleh pengetahuan yang sempurna tentang psikologi manusia yang terlibat, sering kali gagal memperoleh hasil yang diinginkan  atau menimbulkan hasil yang berkebalikan akibat pengeteahuan atas metode yang digunakan. Sebagai contoh adalah kita menonton film rambo sebagai sosok yang kuat dan berani bahkan tidak terkalahkan oleh setiap musuh dan perlawanan apapun. Amerika serikat sering kali melakukan propaganda lewat smart diplomasi lewat simbol bahwa rambo tidak terkalahkan. Padaha faktanya adalah pada saat perang di vietnam, amerika serikat kalah oleh pasukan rakyar vietnam. Tokoh yang disimbolkan sebagai kuat di sebut sebut tidak terkalahkan dan itu dianggap amerika serikat.
            Canning-lah yang pertama kali megakui kemajuran memobilisasi pendapat umum di negara lain pada tahun 1826. Ia menyebut metode propaganda sebagai artileri rangsangan yang mematikan. Gambaran itu telah sepeuhnya dengan pertumbuhan dan perkembangan masaa pelibatan masyarakat secara luas dalam urusan politik dan dimensi psikologis dan pendapat umum dari politik luar negeri menjadi semakin penting. Lord canning berpendapat bahwa propaganda seharusnya didasari pada kebenaran dan keadilan walaupun banyak pihak menganggap bahwa hal yang negatif.
            Masalah kebenaran di dalam propaganda menurut quincy wright sesngguhya, keterusterangan, dan nilai-nilai baik adalah tidak relevan dengan propagandis. Taktik big lie(kebohongan besar) yang dipuji mungkin hanya berlangsung selama sasaran(audiens) tidak bisa membedakan kata-kata dengan fakta. Kontak yang terjadi antara audiens dengan kenyataan yang berlaawanan akan membuat propaganda sia-sia.menurut adolf hitler tujuan kalau hanya mengatakan sedikit kebohongan, suatu kebohongn propaganda yang harus berproporsi besar untuk menghilangkan kesan curiga yang dijumpai.  Dengan perkembangan pesat media massa propaganda nenjadi salah satu instrumen utama diplomasi.

Sumber:
Roy, S.L 1991. Diplomasi. Rajawali, press. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar