Propaganda dan Diplomasi
Definisi menurut ahli Terrence
Qualter adalah usaha yang secara disengaja oleh individu maupun kelompok
melalui instrumen komunikasi dengan begitu pada situasi yang dikonstruksikan
dari objek yang dipilih oleh sang propagandis. Jadi “usaha yang disengaja” itu
adalah kunci dari propaganda. Tujuan mengubah opinis,sikap,dan tingkah laku
pihak lain dengan menggunakan metode komunikasi untuk membujuk sasaran agar
menerima pandangan propagandis. Kegiatan masyarakat dan propaganda menjadi
pembantu dalam profesi diplomasi dan perang sejak profesi ini muncul. Atau bahkan
Propagandan bisa hanya bisa
mendukung diplomasi apabila dilakukan dengan tepat. Diplomasi melalui
komunikasi propaganda apabila tidak didukung oleh pengetahuan yang sempurna
tentang psikologi manusia yang terlibat, sering kali gagal memperoleh hasil
yang diinginkan atau menimbulkan hasil
yang berkebalikan akibat pengeteahuan atas metode yang digunakan. Sebagai
contoh adalah kita menonton film rambo sebagai sosok yang kuat dan berani
bahkan tidak terkalahkan oleh setiap musuh dan perlawanan apapun. Amerika
serikat sering kali melakukan propaganda lewat smart diplomasi lewat simbol
bahwa rambo tidak terkalahkan. Padaha faktanya adalah pada saat perang di
vietnam, amerika serikat kalah oleh pasukan rakyar vietnam. Tokoh yang
disimbolkan sebagai kuat di sebut sebut tidak terkalahkan dan itu dianggap
amerika serikat.
Canning-lah yang pertama kali
megakui kemajuran memobilisasi pendapat umum di negara lain pada tahun 1826. Ia
menyebut metode propaganda sebagai artileri rangsangan yang mematikan. Gambaran
itu telah sepeuhnya dengan pertumbuhan dan perkembangan masaa pelibatan
masyarakat secara luas dalam urusan politik dan dimensi psikologis dan pendapat
umum dari politik luar negeri menjadi semakin penting. Lord canning berpendapat
bahwa propaganda seharusnya didasari pada kebenaran dan keadilan walaupun
banyak pihak menganggap bahwa hal yang negatif.
Masalah kebenaran di dalam
propaganda menurut quincy wright sesngguhya, keterusterangan, dan nilai-nilai
baik adalah tidak relevan dengan propagandis. Taktik big lie(kebohongan besar)
yang dipuji mungkin hanya berlangsung selama sasaran(audiens) tidak bisa
membedakan kata-kata dengan fakta. Kontak yang terjadi antara audiens dengan
kenyataan yang berlaawanan akan membuat propaganda sia-sia.menurut adolf hitler
tujuan kalau hanya mengatakan sedikit kebohongan, suatu kebohongn propaganda
yang harus berproporsi besar untuk menghilangkan kesan curiga yang
dijumpai. Dengan perkembangan pesat
media massa propaganda nenjadi salah satu instrumen utama diplomasi.
Sumber:
Roy, S.L 1991.
Diplomasi. Rajawali, press. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar