Propaganda dan Diplomasi
Propaganda berasal dari bahasa gereja katolik roma semula berarti
penyebaran terbatas informasi dan kredo yang kemudian kini ditekankan khusus
pada media komunikasi massa. Walau begitu semua penyebaran ide tak bisa disebut
propaganda. Ada beberapa definisi mengenai propaganda.
Menurut Terrence qualter, ia mendefinisikan propaganda sebagai
usaha yang disengaja oleh beberapa individu atau kelompok melalui pemakaian
isntrumen komunikasi dengan maksud bahwa pada situasi tertentu reaksi dari
mereka yang dipengaruhi adalah seperti apa yang diinginkan oleh sang
propagandis. Tujuan propaganda menurut pernyataan terrence adalah untuk
membujuk sasaran agar menerima pandangan dari propagandis. Yang kedua, menurut Barnays propaganda modern
adalah suatu usaha yang konsisten, artinya terus menerus dilakukan untuk
memperngaruhi hubungan publik terhadap suatu penguasa atau kelompok.
Kegiatan hubungan masyarakat dan propaganda telah menjadi pembantu
bagi para diplomat dan perang sejak profesi itu muncul. Negara-negara telah
banyak menyadari bahwa propaganda yang efektif bisa menjadi alat untuk mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan. Tujuan propagandis adalah untuk mempengaruhi
pendapat dan mendorong munculnya suatu aksi atau tindakan di antara para
sasarannya. Mengembangkan pendapat di antara manusia yang meskipun hanya
berlangsung singkat dapat cukup mendukung tindakan yang diinginkan pada saat
yang kritis. Tipe propaganda seperti itulah yang selalu menjadi alat yang
memudahkan diplomasi.
Propaganda bisa mendukung diplomasi jika dilakukan dengan tepat.
Diplomasi melalui komunikasi transnasional atau propaganda apabila tidak
didukung oleh pengetahuan yang sempurna tentang psikologi manusia yang terlibat
sering kali gagal untuk mendapatkan keinginan. Woodrow wilson menyerukan kepada rakyat jerman
agar dapat mempengaruhi pemimpinnya. Rumusan empat belas pasalnya yang terkenal
yang akhirnya diterima sebagai dasar perlucutan senjata dan perundingan damai
digunakan sebagai sarana untuk membentuk pendapat umum dunia.
Hal yang harus diperhatikan bahwa salah satu aruran utama
diplomasi, lama maupun baru adalah bahwa diplomat jangan mencampuri urusan dalam negri negara
yang ia tempati dengan cara apapun. Zaman dahulu diplomat tidak berusaha
membuat pernyataan terbuka mengenai gagasannya untuk mempengaruhi pendapat umum
negara lain, sedangkan diplomasi baru telah membuat hal tersebut sebagai nilai
untuk membentuk pendapat umum di negara lain melalui berbagai cara termasuk
propaganda.
Lord Channing adalah orang yang pertama kali mengakui kemanjuran
memobilisasi pendapat umum di negara lain pada tahun 1826, ia menganggap metode
propaganda ini sebagai “artileri rangsangan yang mematikan”(Diplomasi, 1991,
hal. 44). Tapi disisi lain pangeran mettemich di lain pihak mengejek
kebijaksanaan berbicara secara langsung pada masalh negara lain ini dan
menyebutnya “pretensi yang salah letak dalam seorang negarawan”.
Sejak propaganda diterapkan dan diakui sebagai alat diplomasi yang
penting terdapat kontroversi yang sengit mengenai hakikat propaganda itu
misalnya, apakah propaganda semacam itu harus didasarkan pada kebenaran mutlak
atau setengah benar atau bahkan kepalsuan, apabila perlu, dan sesuai dengan
tuntutan situasi.
Sumber:
Roy, S.L. 1991. Diplomasi. Jakarta. Rajawali.
http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/03/pengertian-propaganda-menurut-para-ahli.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar