Kamis, 22 September 2016

Propaganda dan Diplomasi - Atya Salma (2014230082)



Propaganda dan Diplomasi
Propaganda berasal dari bahasa gereja katolik roma semula berarti penyebaran terbatas informasi dan kredo yang kemudian kini ditekankan khusus pada media komunikasi massa. Walau begitu semua penyebaran ide tak bisa disebut propaganda. Ada beberapa definisi mengenai propaganda.
Menurut Terrence qualter, ia mendefinisikan propaganda sebagai usaha yang disengaja oleh beberapa individu atau kelompok melalui pemakaian isntrumen komunikasi dengan maksud bahwa pada situasi tertentu reaksi dari mereka yang dipengaruhi adalah seperti apa yang diinginkan oleh sang propagandis. Tujuan propaganda menurut pernyataan terrence adalah untuk membujuk sasaran agar menerima pandangan dari propagandis.  Yang kedua, menurut Barnays propaganda modern adalah suatu usaha yang konsisten, artinya terus menerus dilakukan untuk memperngaruhi hubungan publik terhadap suatu penguasa atau kelompok.
Kegiatan hubungan masyarakat dan propaganda telah menjadi pembantu bagi para diplomat dan perang sejak profesi itu muncul. Negara-negara telah banyak menyadari bahwa propaganda yang efektif bisa menjadi alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Tujuan propagandis adalah untuk mempengaruhi pendapat dan mendorong munculnya suatu aksi atau tindakan di antara para sasarannya. Mengembangkan pendapat di antara manusia yang meskipun hanya berlangsung singkat dapat cukup mendukung tindakan yang diinginkan pada saat yang kritis. Tipe propaganda seperti itulah yang selalu menjadi alat yang memudahkan diplomasi.
Propaganda bisa mendukung diplomasi jika dilakukan dengan tepat. Diplomasi melalui komunikasi transnasional atau propaganda apabila tidak didukung oleh pengetahuan yang sempurna tentang psikologi manusia yang terlibat sering kali gagal untuk mendapatkan keinginan.  Woodrow wilson menyerukan kepada rakyat jerman agar dapat mempengaruhi pemimpinnya. Rumusan empat belas pasalnya yang terkenal yang akhirnya diterima sebagai dasar perlucutan senjata dan perundingan damai digunakan sebagai sarana untuk membentuk pendapat umum dunia.
Hal yang harus diperhatikan bahwa salah satu aruran utama diplomasi, lama maupun baru adalah bahwa diplomat  jangan mencampuri urusan dalam negri negara yang ia tempati dengan cara apapun. Zaman dahulu diplomat tidak berusaha membuat pernyataan terbuka mengenai gagasannya untuk mempengaruhi pendapat umum negara lain, sedangkan diplomasi baru telah membuat hal tersebut sebagai nilai untuk membentuk pendapat umum di negara lain melalui berbagai cara termasuk propaganda.
Lord Channing adalah orang yang pertama kali mengakui kemanjuran memobilisasi pendapat umum di negara lain pada tahun 1826, ia menganggap metode propaganda ini sebagai “artileri rangsangan yang mematikan”(Diplomasi, 1991, hal. 44). Tapi disisi lain pangeran mettemich di lain pihak mengejek kebijaksanaan berbicara secara langsung pada masalh negara lain ini dan menyebutnya “pretensi yang salah letak dalam seorang negarawan”.
Sejak propaganda diterapkan dan diakui sebagai alat diplomasi yang penting terdapat kontroversi yang sengit mengenai hakikat propaganda itu misalnya, apakah propaganda semacam itu harus didasarkan pada kebenaran mutlak atau setengah benar atau bahkan kepalsuan, apabila perlu, dan sesuai dengan tuntutan situasi.

Sumber:
Roy, S.L. 1991. Diplomasi. Jakarta. Rajawali.
http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/03/pengertian-propaganda-menurut-para-ahli.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar