Kamis, 29 September 2016

Tipe - tipe Diplomasi dan Instrumen Diplomasi - Risa Andriani (2014230062)



TIPE-TIPE DIPLOMASI DAN DAN INSTRUMEN DIPLOMASI



Ø  Tipe-Tipe Diplomasi
Di zaman yang modern ini diplomasi dikategorikan menurut metode yang digunakan dalam hubungan diplomatic dan memiliki beberapa tipe diplomasi:
1.      Diplomasi Komersil
Diplomasi ini merupakan diplomasi borjuis atau diplomasi sipil yang didasarkan pada anggapan bahwa penyelesaian kompromis antara mereka yang berselisih melalui negosiasi adalah “pada umumnya lebih menguntungkan daripada menghancurkan total musuh-musuh”. Salah satu tujuan diplomasi yang bermanfaat adalah untuk berusaha mencapai suatu persetujuan melalui negosiasi. Sekarang ini kekuatan suatu Negara sebagian besar tergantung pada sumberdaya dan ekonomi melalui diplomasi dan cara-cara damai. Dari instrument ekonomi ini perdagangan adalah yang paling penting. Bersamaan dengan perdagangan dan perniagaan, pemberian sanksi bantuan ekonomi juga telah menjadi alat diplomasi paling penting dan bisa disebut sebagai diplomasi komersil atau diplomasi melalui ekonomi, yaitu diplomasi yang dikaitkan dengan factor ekonomi. Interumen ekonomi sangat luas diterapkan dalam waktu perang dan damai; perdagangan internasional dan bantuan internasional digunakan sebagai alat diplomasi yang memudahkan pada masa damai. Selama perang dan bahkan selama perang dingin, berbagai tindakan ekonomi sering merupakan yang paling secara efektif digunakan serta sebagai alat memaksa lawan. Dengan berakhirnya Perang Dunia I dan II  factor-faktor ekonomi selalu memainkan peran dalam hubungan-hubungan diplomatik, tetapi dalam dunia sekarang aspek ekonomi dari diplomasi telah memperoleh kedudukan penting yang semakin besar: mereka sekarang ini bisa dianggap sebagai bagian integral dari diplomasi.
2.      Diplomasi Demokratis
Tipe diplomasi yang baru ini disebut diplomasi demokratis. Dimana di sembarang demokrasi penguasa yang berdaulat ditetapkan dalam wakil-wakil rakyat yang dipilih. Pengontrolan akhir politik luar negeri berada pada mereka. Tetapi sampai Perang Dunia I negosiasi diplomatic sering dijadikan rahasia tidak hanya kepada masyarakat umum tetapi juga kepada wakil-wakil terpilih. Implikasinya adalah bahwa bisnis diplomasi terlalu vital untuk dipegang secara rahasia ditangan para diplomat saja prinsip-prinsip bentuk pemerintahan demokrasi meminta bahwa dalam urusan-urusan yang mempengaruhi kepentingan vital Negara maka public harus tetap diberitahu mengenai tiap tahap negosiasi. Seluruh bangsa tentu saja mustahil bila bisa terinformasi tentang tahap-tahap negosiasi yang berbeda-beda. Tetapi seorang diplomat harus selalu mecoba mempertahankan hubungan yang terus menerus dengan dapartemen luar negeri negaranya. Sebaliknya dapartemen luar negerilah yang harus menjaga agar para anggota mejelis terinformasi dengan baik mengenai kemajuannya. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa keyakinan kuat disebabkan oleh keyakinan bahwa negosiasi terbuka akan tetap berada di jalur perjanjian yang masuk akal.
3.      Diplomasi Totaliter
Totaliterianisme modern muncul sesudah perang dunia I. Pertumbuhannya disebabkan berbagai factor yaitu, nasionalisme ekstrim, nasionalisme ekonomi dan pertimbangan ideologis adalah yang paling vital dalam mengembangkan kecenderungan totaliter. Nasionalisme ekonomi berfungsi memperkuat kecenderungan kepada nasionalisme. Pertumbuhan ideology-ideologi moderen umumnya militant dan condong pada kecenderungan totaliter. Diplomat yang melibatkan dalam perundingan mempunyai intruksi khusus dan ia menyadari bahwa ia harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh penguasanya. Jadi diplomasi totaliter itu mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan diplomasi demokratis yaitu karena hanya diawasi oleh penguasa tunggal yang tidak tunduk kepada pengawas lembaga yang lebih besar dan oleh karenanya diplomat mengetahui dengan tepat seberapa jauh ia bisa memberi atau mengakomodasi pandangan pihak lain. Diplomasi yang sukses itu punya kekuatan. Diplomasi yang gagal menggunakan semua daya dalam pelaksanaannya, tidak memperoleh banyak hasil dan tidak pula berperan sebagai srana efektif untuk memecahkan konflik.
4.      Diplomasi Konperensi
Diplomasi melalui Konperensi menjadi model mulai awal abad 20 dan konperensi Hague pada tanggal 1899 dan 1907 bisa dianggap oleh sebagian orang sebagai contoh awal Diplomasi Konperensi. Sejak Perang Dunia I jenis diplomasi ini mulai memainkan peran penting dalam hubungan internasional. Keberhasilan atau kegagalan Konperensi sebagian besar, tergantung pada seberapa professional para diplomat mempersiapkan jalan melalui pembicaraan awal. Keberhasilan Kongres Wina, Kongres Berlin, dan lain-lain pada abad ke-19, sebagian besar tergantung pada observasi actual dari factor-faktor ini. Sesudah Perang Dunia I tipe baru diplomasi dengan terbentuknya organisasi internasional semaca, Liga Bangsa-Bangsa. Sesudah Perang Dunia II PBB dan berbagai badan internasional lainnya, juga berafiliasi dengan mereka. Diplomasi multilateral atau parlementer merupakan tipe diplomasi konperensi.
5.      Diplomasi Diam-Diam
Istilah “diplomasi diam-diam” sangat erat kaitannya dengan diplomasi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Diplomasi rahasia dan terbuka mewakili dua jenis diplomasi yang berlawanan yang dipraktekkan oleh Negara-negara, begitu juga diplomasai public dan diplomasi diam mewakili dua jenis diplomasi yang diperaktekkan di Perserikatan Bangsa-Bangsa . tetapi kalau diplomasi rahasia dan terbuka memiliki dua kutub yang berlawanan maka diplomasi diam dan diplomasi public tidak begitu saling berlawanan, tetapi saling melengkapi. Diplomasi diam-diam adalah sebuah tipe  diplomasi yang telah dikembangkan dengan pertumbuhan dan perkembangan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tetapi “diplomasi diam-diam” bukanlah diplomasi rahasia “tipe strategi diplomatik lama” dalam bentuk baru. Tipe diplomasi ini hanya subur dalam lingkungan badan dunia seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dimana para wakil berbagai Negara bisa berunding secara diam-diam tetapi tidap perlu rahasia, baik secara bilateral maupun multilateral diluar pandangan public. Bagi Negara-negara besar merupakan tipe diplomasi yang paling efektif. Diplomasi diam-diam, seperti diplomasi public, adalah perkembangan cara-cara diplomasi tersendiri dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Keberhasilan diplomasi di PBB banyak bergantung pada keberhasilan percampuran dua tipe diplomasi.
6.      Diplomasi Preventif
Seperti diplomasi public dan diplomasi diam-diam “diplomasi preventif” juga telah tumbuh dari teknik baru diplomasi yang berkembang di PBB. Dalam zaman sesudah Perang Dunia II Negara-negara baru saja merdeka dan Negara-negara terbelakang lainnya melihat dengan was-was perluasan Perang Dingin dan kecenderungan hegemonistis kedua superpower. Perang Dingin membuat diplomasi preventif menjadi penting, dan keberadaan sebuah kelompok penting Negara-negara yang tidak memihak blok mana pun  di PBB-lah yang menyebabkan hal itu. Inovasi semacam diplomasi preventif hanya bisa terlaksana atas “penderitaan” kedua superpower. Kedudukan penting diplomasi preventif sangat luar biasa sekarang ini, karena apabila permusuhan dalam skala besar pecah lagi, seluruh dunia akan terancam musnah. Oleh karena itu setiap usaha sedang dilakukan untuk melokasikan permusuhan-permusuhan dan mengakhirinya sesegera mungkin; dan kemudian bekerja bahu-membahu untuk perdamaian yang tidak akan menanam benih perang dimasa mendatang.
7.      Diplomasi Sumberdaya
Diplomasi sumberdaya bisa diterapkan oleh Negara-negara yang mempunyai sumberdaya bahan-bahan mentah seperti batubara, besi minyak, uranium dan sebagainya. Apabila Negara-negara ini kuat dan maju dalam bidang industry mereka bisa memperkuat kemampuan industry dan militernya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya.

Ø  Instrument Diplomasi

Suatu Negara bisa mencapai tujuan-tujuan diplomatiknya melalui berbagai macam cara. Menurut Kautilya, bisa dilakukan dengan penerapan satu atau kombinasi beberapa prinsip dari empat prinsip utama instrument diplomasi yaitu sama, dana, danda, dan bedha. Perdamaian atau negosiasi, memberi hadiah atau konsesi, menciptakan perselisihan, mengancam atau menggunakan kekuatan nyata. Kerjasama dan penyesuaian bisa dicapai melalui negosiasi yang membuahkan hasil. Apabila negosiasi gagal mencapai tujuan melalui cara damai, penentangan dalam berbagai bentuk termasuk penggunaan kekuatan diambil sebagai ganti. Meski bedha membuat perselisihan atau memecah brlah tidak memperoleh cukup pengakuan sebagai suatu instrument diplomasi yang penting, tetapi manfaatnya tidak bisa dipungkiri. Ini bisa dianggap sebagai sarana penting yang dipakai oleh diplomasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Daftar Pustaka:
Roy, S.L 1991. Diplomasi. Jakarta: Rajawali Pers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar