Kamis, 22 September 2016

Propaganda dan Diplomasi - Tita Puspa Sari (2014230074)



Propaganda dan Diplomasi
 
            Sebelum membahas tentang propaganda dan diplomasi, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu mengenai definisi propaganda dan juga diplomasi serta bagaimana hubungan antara keduanya . Saya akan menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan propaganda. Propaganda tentunya memiliki beberapa definisi, salah satunya menurut Terrence Qualter yang mendefinisika bahwa propaganda merupakan usaha yang disengaja oleh beberapa individu atau kelompok melalui instrumen komunikasi dengan maksud untuk mengubah sikap,opini,dan tingkah laku seperti apa yang diinginkan oleh sang propagandis. Maka dari definisi tersebut tujuan propaganda adalah untuk membujuk sasaran-sasaran agar menerima pandangan si propagandis. Sedangkan tujuan dari propagandis adalah untuk mempengaruhi pendapat dan mendorong munculnya suatu aksi diantara para sasaran tertarik untuk mendidik manusia yang menjadi sasarannya, untuk meningkatkan atau memperbaiki sikap da mengembangkan pendapat diantara mereka pada saat yang kritis sehingga memudahkan jalan diplomasi. Propaganda adalah komunikasi politik yang efektif digunakan yang wujudnya adalah dalam bentuk promosi atau sosialisasi negara kepada negara lain atau masyarakat lain.  Dalam propaganda terdapat beberapa unsur-unsur terbentuknya komunikasi, yaitu adanya komunikator, penyampaian pesan,adanya komunikan atau penerima pesan, kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan yang hendak dicapai, pesan tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa agar tercapai tujuan, dan sarana atau media yang sesuai dengan situasi dari komunikan.
Negara-negara telah banyak yang menyadari bahwa propaganda yang efektif ketika bisa mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan daripada pemusnahan kekuatan-kekuatan yang saling bermusuhan. Objek dari propaganda ialah untuk menghasilkan suatu tindakan,simbol-simbol yang dipakai dalam propaganda harus dikaitkan dengan tindakan. Di sisi lain bahwa kita tahu diplomasi merupakan seni para diplomat dalam bernegosiasi untuk mencapai kepentingan suatu negara. Dalam hal diplomasi power (kekuatan) merupakan salah satu faktor yang dominan sebagai penentu keberhasilan diplomasi.
            Sekarang ini diplomasi tidak hanya dilakukan oleh diplomat disatu negara saja, namun lebih banyak dengan penggunaan media massa dan media informasi yang lebih luas. Contohnya dapat dilihat di media massa bahwa kekuasaan Amerika Serikat dalam melakukan diplomasinya kepada Irak dengan tekanan media massa dan ancaman penyerangan serta peletakan pasukan diperbatasan Irak yang tujuannya untuk menakut-nakuti Irak.  Ketika itu invasi Amerika ke Irak dengan alasan ingin “membebaskan” rakyat Irak dari kediktatoran Saddam Husein,menuduh Irak mempunyai nuklir,serta Irak yang mendanai jaringan terorisme. Padahal alasan-alasan tersebut tidak ada buktinya sama sekali. Dengan tumbangnya rezim Saddam Husein maka AS berhasil menguasai kilang minyak Irak. Dari contoh kasus tersebut maka dapat kita lihat bahwa Amerika Serikat berhasil membuat propaganda terhadap Irak yang membuat pernyataan-pernyataan palsu demi mendapatkan tujuannya yaitu untuk menguasai kilang minyak Irak. Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa kaitan diplomasi dengan propaganda saling berkaitan,dimana ketika diplomasi secara damai tidak dapat ditempuh maka AS menggunakan cara propaganda untuk mendapatkan tujuannya. Karena propaganda merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam diplomasi.
 Propaganda bisa mendukung diplomasi apabila dilakukan dengan tepat, salah satunya didukung oleh pengetahuan yang luas mengenai psikologis manusia yang terlibat. Ivo D.Duchachek berpendapat bahwa propaganda yang penuh kebenaran tidak akan berhasil. Saya setuju dengan pendapat tersebut,karena dalam propaganda tentunya ada unsur-unsur kebohongan,seperti contoh diatas Amerika membuat kebohongan terhadap Irak bisa dilihat AS berhasil melakukan propaganda tersebut. Tentunya dalam propaganda yang sukses intensitas kebohongan harus banyak sekali. Dengan kata lain kebohongan itu harus “Big Lie”. Dalam perkembangan media massa sekarang ini, propaganda telah menjadi salah satu instrumen utama diplomasi. Pembagian dunia kedalam dua ideologi yang berbeda dan sejumlah besar negara nonblok, telah meningkatkan nilai propaganda sebagai alat diplomasi dan melalui propaganda yang cerdik negara-negara yang ragu diminta untuk tidak mengikuti blok musuh.
Sumber :
Roy,S.L.1991.Diplomasi.Jakarta:Rajawali Pers
Holsti,K.J.Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis.Bandung:Percetakan Binacipta.
https://indark007.wordpress.com/2010/06/10/propaganda-dan-media-massa/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar