Propaganda dan Diplomasi
Sebelum membahas
tentang propaganda dan diplomasi, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu
mengenai definisi propaganda dan juga diplomasi serta bagaimana hubungan antara
keduanya . Saya akan menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan
propaganda. Propaganda tentunya memiliki beberapa definisi, salah satunya
menurut Terrence Qualter yang mendefinisika bahwa propaganda merupakan usaha
yang disengaja oleh beberapa individu atau kelompok melalui instrumen
komunikasi dengan maksud untuk mengubah sikap,opini,dan tingkah laku seperti
apa yang diinginkan oleh sang propagandis. Maka dari definisi tersebut tujuan
propaganda adalah untuk membujuk sasaran-sasaran agar menerima pandangan si propagandis.
Sedangkan tujuan dari propagandis adalah untuk mempengaruhi pendapat dan
mendorong munculnya suatu aksi diantara para sasaran tertarik untuk mendidik
manusia yang menjadi sasarannya, untuk meningkatkan atau memperbaiki sikap da
mengembangkan pendapat diantara mereka pada saat yang kritis sehingga
memudahkan jalan diplomasi. Propaganda adalah komunikasi politik yang efektif
digunakan yang wujudnya adalah dalam bentuk promosi atau sosialisasi negara
kepada negara lain atau masyarakat lain.
Dalam propaganda terdapat beberapa unsur-unsur terbentuknya komunikasi,
yaitu adanya komunikator, penyampaian pesan,adanya komunikan atau penerima
pesan, kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan
yang hendak dicapai, pesan tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa agar
tercapai tujuan, dan sarana atau media yang sesuai dengan situasi dari
komunikan.
Negara-negara
telah banyak yang menyadari bahwa propaganda yang efektif ketika bisa mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan daripada pemusnahan kekuatan-kekuatan yang saling
bermusuhan. Objek dari propaganda ialah untuk menghasilkan suatu
tindakan,simbol-simbol yang dipakai dalam propaganda harus dikaitkan dengan
tindakan. Di sisi lain bahwa kita tahu diplomasi merupakan seni para diplomat
dalam bernegosiasi untuk mencapai kepentingan suatu negara. Dalam hal diplomasi
power (kekuatan) merupakan salah satu faktor yang dominan sebagai penentu
keberhasilan diplomasi.
Sekarang ini diplomasi tidak hanya
dilakukan oleh diplomat disatu negara saja, namun lebih banyak dengan
penggunaan media massa dan media informasi yang lebih luas. Contohnya dapat
dilihat di media massa bahwa kekuasaan Amerika Serikat dalam melakukan
diplomasinya kepada Irak dengan tekanan media massa dan ancaman penyerangan serta
peletakan pasukan diperbatasan Irak yang tujuannya untuk menakut-nakuti
Irak. Ketika itu invasi Amerika ke Irak
dengan alasan ingin “membebaskan” rakyat Irak dari kediktatoran Saddam
Husein,menuduh Irak mempunyai nuklir,serta Irak yang mendanai jaringan
terorisme. Padahal alasan-alasan tersebut tidak ada buktinya sama sekali.
Dengan tumbangnya rezim Saddam Husein maka AS berhasil menguasai kilang minyak
Irak. Dari contoh kasus tersebut maka dapat kita lihat bahwa Amerika Serikat
berhasil membuat propaganda terhadap Irak yang membuat pernyataan-pernyataan
palsu demi mendapatkan tujuannya yaitu untuk menguasai kilang minyak Irak. Dari
kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa kaitan diplomasi dengan propaganda
saling berkaitan,dimana ketika diplomasi secara damai tidak dapat ditempuh maka
AS menggunakan cara propaganda untuk mendapatkan tujuannya. Karena propaganda
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam diplomasi.
Propaganda bisa mendukung diplomasi apabila
dilakukan dengan tepat, salah satunya didukung oleh pengetahuan yang luas
mengenai psikologis manusia yang terlibat. Ivo D.Duchachek berpendapat bahwa
propaganda yang penuh kebenaran tidak akan berhasil. Saya setuju dengan
pendapat tersebut,karena dalam propaganda tentunya ada unsur-unsur kebohongan,seperti
contoh diatas Amerika membuat kebohongan terhadap Irak bisa dilihat AS berhasil
melakukan propaganda tersebut. Tentunya dalam propaganda yang sukses intensitas
kebohongan harus banyak sekali. Dengan kata lain kebohongan itu harus “Big Lie”. Dalam perkembangan media massa
sekarang ini, propaganda telah menjadi salah satu instrumen utama diplomasi.
Pembagian dunia kedalam dua ideologi yang berbeda dan sejumlah besar negara
nonblok, telah meningkatkan nilai propaganda sebagai alat diplomasi dan melalui
propaganda yang cerdik negara-negara yang ragu diminta untuk tidak mengikuti
blok musuh.
Sumber
:
Roy,S.L.1991.Diplomasi.Jakarta:Rajawali Pers
Holsti,K.J.Politik Internasional Suatu Kerangka
Analisis.Bandung:Percetakan Binacipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar