Kamis, 29 September 2016

Tipe - tipe Diplomasi dan Instrumen Diplomasi - Nur Rahma S (2014230039)




Tipe-tipe Diplomasi dan Instrumen Diplomasi


1.      Diplomasi Komersial
Menurut Nicholeson, diplomasi komersial merupakan diplomsi borjuis atau diplomasi sipil yang didasarkan pada anggapan bahwa penyelesaian kompromis antara mereka yang berselisih melalui negosisi adalah “pada umumnya leboh mengutamakan pada penghacuran total musuh-musuh”. Selama salah satu tujuan utama diplomasi yang bermanfaat adalah untuk berusaha mencapai persetujuan melalui negosiasi maka konotasi Nicholson tentang diplomasi borjuis, tak punya sesuatu untuk ditawarkan. Peningkatan kepentingan nasionl adalah pertimbangan utama diplomasi maka dari itu, akan berhubungan dengan finansial yang dicapai antar negara. Maka tiap negara berusaha untuk memperbesar sumber daya ekonominya melalui diplomasi dan cara-cara damai. Negara-negara kuat juga serig berusaha untuk memperluas pengaruhnya mellui penanganan tindakan-tindakan ekonomi yang cerdik, bersamaan dengan perdgangan dengan perniagaan, pemberian sanksi bantuan ekonomi juga telah menjadi alat diplomasi penting masa kini. Atau disebut juga sebagai diplomasi komersial atau diplomasi melalui ekonomi. Dapat disimpulkan bahwa diplomasi komersial adalah sebuah diplomasi yang berkaitan dengan perdagangan dan faktor-faktor ekonomi.


2.      Diplomasi Demokratis
Dengan kelahiran era diplomasi terbuka, sebuah tipe baru tampaknya telah membuat kemajuan esar. Tipe diplomasi baru ini disebut sebagai diplomasi demokratis. Disembarang demokasi penguasa yang berdaulat ditetapkan dalam wakil-wakil rakyat yang dipilih. Pengontrolan akhir politik luar negri berada pada mereka. Tetapi sampai pada perang dunia 1 negosiasi diplomatic sering dijadikan rahasia tidak hanya pada masyarakat umum tetapi juga kepada wakil-wakil terpilih. Hanya beberapa anggota pemerintah yang berpengaruh saja yang diberi penjelasan rinci dari persetujuan-pertujuan tersebut. Dengan begitu baik rakyat prancis deokratis maupun inggris demokratis tak mengetahui ketentuan-ketentuan lengkap dari aliansi prancis-rusia atau persetujuan yang dicapai antara pwnguasa militer inggris dan prancis.
Wilson dan para penganju ‘diplomasi terbuka’ memandangnya ahwa adalah kepentingan nasional lebih aman berada ditangan public daripada beberapa kelompok elit tidak peduli meski mereka sangat bagus dalam hal seni negosiasi. Tetapi stoessinger mempunyai beberapa keberatan atas control public terhadap negosiai diplomatic di tiap tahap. Nicholson dan beberapa penulis barat juga sangat keberatan dengan pelaksanaan negosiasi secara terbuka dan diketahui umum sepenuhnya . sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, keyakinan kuat mereka disebabkan oleh keyakinan bahwa negosiasi terbuka akan tetap berada dijalur perjanjian yang masuk akal. Faktor terpenting yang membantu terwujudnya control demokratis atas diplomasi adalah masalah ratifikasi perjanjian oleh pihak legislative.
Nicholson terus menunjukan beberapa kelemahan alam diplomasi demokratis. Ia berpendapat bahwa apabila pihak legislative mengingkari persetujuan yang telah  ditanda tangani oleh wakil pemerintahnya , maka seluruh basis perjanjian internasional akan berada dalam bahaya, dan akhirnya anarki akan mengikuti. Disini juga perlu dicatat bahwa fleksibelitas adalah karakteristik utama diplomasi yang efektif. Hal ini menyebabkan diplomat yang terlibat dalam negosiasi perlu mendapat dukungan penuh dari pemerintahnya dan ia harus yakin  bahwa setiap persetujuan yang dimasuki akan dihormati dinegrinya.
3.      Diplomasi Totaliter
Totaliterianisme modern muncul setelah PD1, pertumbuhannya disebabkan oleh berbagai faktor antara lain nasionalisme ekstrim, nasionalisme ekonomi dan pertimbangan ideologis adalah yang paling vital dalam mengembangkan kecendrungan totaliter. Nasionalisme ekstrim berbicara tentang pemujaan patriotism dan loyalitas kepada negara berapapun harga pengorbanannya.
Nicholson dan para ahli barat lainnya telah menyatakan beberapa sifat khusu diplomasi totaliter. Salah satu segi yang menonjol adalah bahwa di negara totaliter pembuatan keputusan tak berada di bawah pengawasan rakyat. 1 orang atau 1 kelompok kecil bisa mengambil keputusan akhir dalam segala hal dan dalam waktu yang begitu singkat. Oleh karna itu diplomasi ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan dibandingkan diplomasi demokratis.
Kelebihan diplomasi totaliter adalah karena hanya diawasi oleh penguasa tunggal yang tak tunduk pada pengawasan lembaga yang lebih besar dan oleh karenanya diplomat mengetahui dengan tepat seberapa jauh ia bisa memberi atau mengakomodasi pandangan pihak lain.
Dalam negara totaliter, kekuasaan tertinggi ditetapkan pada satu orang atau sangat sedikit orang, mereka bisa mengambil keputusan dengan cepat mengenai suatu masalah tanpa ada debat legislative atau forum luas lainnya. Kekurangannya diplomat negara totaliter harus mematuhi instruksi yang diberikan oleh penguasa atasannya, ia kurang mempunyai kesempatan untuk bertindak luas dalam melakukan pendekatan pada saat perundingan, ini juga bisa menghalangi keberhasilan perundingan.
4.      Diplomasi Melalui Konferensi
Diplomasi melalui konferensi secara bertahap muncul menjadi model mulai awal abad 20 . koferensi Hague tahun 1899 dan 1907 bisa dianggap oleh sebagian orang sebagai contoh awal diplomasi konferensi.  Diplomasi multilateral atau palementer merupakan tipe diplomasi konferensi. Bentuk negosiasi antar bangsa ini mempunyai keistimewaan teretentu yang tak dipunyai oleh diplomasi model lama yang dilakukan secara bilateral.
Bentuk parlementer diplomasi multilateral ini muncul sesudah PD1 dalam bentuk LBB dan muncul lagi sesudah PD2 dalam bentuk PBB. Bentuk parlementer dari diplomasi multilateral, sebagai menurut konotasi biasanya mengikuti prosedur dan teknik yang umumnya digunakan oleh badan legislative dari negara negara demokrasi, seperti debat umum, pemungutan suara, laporan komisi, dsb.


5.      Diplomasi Diam Diam
Diplomasi ini sangat erat dikaitkan dengan diplomasi PBB sebagaimana diplomasi rahasia dan terbuka mewakili dua jenis diplomasi yang berlawanan dan dipraktekan oleh negara-negara, begitupun diplomasi public dan diplomasi diam mewakili dua jenis berbeda dari diplomasi yang dipraktekan di PBB. Tetapi diplomasi rahasia dan terbuka menjadi milik 2 kutub yang berlawanan, maka diplomasi diam dan public tak begitu saling berlawanan, justru mereka saling melengkapi. Diplomasi diam diam adalah suatu tipe baru diplomasi yang telah dikembangkan dengan pertumbuhan dan perkembangan PBB, Stoessinger berkata diplomasi diam diam, PBB telah menunjukan bahwa pada zaman “perjanjian terbuka dicapai secara terbuka” , tipe strategi diplomatic yang lebih kuno bisa membuat kontribusi yang lebih penting.  
Versi modern diplomasi rahasia telah merupakan hasil langsung kegagalan multilateralisme bar. Tapi diplomasi diam diam bukanlah diplomasi rahasia tetapi tipe strategi diplomatic lama dalam bentuk baru. Ia samasekali merupakan tipe baru diplomasi dimana pertukaran pandangan diam diam oleh para wakil negara-negara terjadi, sering melalui jabatan penting sekertaris jendral organisasi dunia, diluar kemilau publisitas.  Diplomasi diam-diam, seperti diplomasi public adalah perkembangan cara cara diplomasi tersendiri dalam PBB. Keberhasian diplomasi di PBB banyak bergantung pada keberhasilan percampuran dua tipe diplomasi ini.

6.      Diplomasi Preventif
Mempunyai kedudukan penting khusus pada kasus-kasus dimana konflik permulaan bisa dikatakan sebagai akibat dari, atau secara tidak sengaja menimbulkan resiko bagi, terciptanya suatu kekosongan kekuasaan diantara blok blok utama. Tindakan pencegahan dalam kasus-kasus seperti itu harus ditujukan untuk mengisi kekosongan sehingga ia tak memancing tindakan dari negara negara besar, inisiatif bagi tindakan tersebut bisa dilakukan untuk tujuan pencegahan, tapi sebaliknya bisa mengakibatkan tindakan balasan dari pihak lain. Cara-cara dimana kekosongan itu bisa di isi oleh PBB untuk mencegah gagasan seperti itu berbeda dari kasus perkasus, tapi juga mempunyai persamaan dalam hal ini. Sementara dan seraya dalam menantikan penantian kekosongan itu melalui cara-cara yang normal, PBB menjalankan perananya atas non komitmennya kepada blok apa pun, untuk memberikan jaminan yang mungkin bisa diberikan dalam hubungan dengan semua pihak terhadap inisiatif dari yang lain. Hammarskjold juga berpendapat bahwa diplomasi perventif menggabungkan elemen-elemen diplomasi publik dan dilpomasi diam-diam.
                        Inis Clude Jr. Menggambarkan diplomasi preventif dalam kata-kata berikut “ ia merupakan fungsi penetral, untuk dijalankan oleh negara-negara yang sikap tidak memihaknya dalam perang dingin diimbangi oleh komitmen untuk membuat PBB sebagai penyeimbang hubungan internasional yang efektif dalam era perang dingin.



7.      Diplomasi Sumberdaya
Diplomasi sumberdaya bisa diterapkan oleh negara-negara yang mempunyai bahan-bahan seperti, batu bara, besi, minyak, uranium dan sebagainya. Apabila negara-negara ini kuat dan maju dalam bidang industri, mereka bisa lebih memperkuat kemampuan industri dan militernyadangan memanfaatkan sumberdayanya sebaik mungkin.tapi apa bila negara ini belum maju, mereka bisa berusaha untuk memperoleh keuntungan dari negara-negara industri yang membutuhkan bahan-bahan tersebut. Sebagai gantinya mereka memberikan harga tinggi atau fasilitas-fasilitas lainnya. Negara-negara yang memiliki bahan strategis itu bisa memperoleh keuntungan apabila mereka membentuk front bersama.
Minyak yang sampai sekarang masih merupakan sumber energi utama, dengan demikin membuat banyak pengaruh pada politik dunia. Inilah mengapa sebabnya mengapa dalam era diplomastik dunia sekarang minyak memainkan peranan sedemikian penting dan diplomasi minyak telah menjadi bagian proses diplomatiknya yang terkenal.

Instrumen Diplomasi
                                    Menurut Kutlya, ini bisa dilakukan dengan penerapan satu atau kombinasi beberapa prinsip dari empat prinsip utama instrumen diplomasi adalah sama, dana, danda, bedha – persamaan atau negosiasi, memberi hadiah atau konsensi, menciptakan perselisihan, mengancam atau menggunakan kekukatan nyata. Para penulis moderen menyatakan bahwa dalam rangka mencapai tujuan diplomatiknya, suatau negara menjalankan tiga model tingkah laku yaitu, cooperation, accomodation, dan opposition ( kerjasama, penyesuaian, dan penentangan). Kerjasama dan penyasuaian dilakukan secara negosisasi yang membuahkan hasil, apabila negosiasi gagal mencapai tujuan melalui cara damai, penentangan dalam berbagai bentuk termasuk penggunakan kekuatan diambil sebagai ganti. Meski bedha atau memuat perselisihan atau memecah belah tidak memperoleh cukup pengakuan sebagai suatu instrumen diplomasi yang penting dari penulis barat, tetapi manfaatnya tidak bisa dipungkiri. Ini bisa dianggap sarana yang penting dan bisa dipakai oleh diplomasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar