Propaganda dan Diplomasi
Propaganda
yang berasal dari Gereja Katolik Roma semula berarti penyebaran terbatas
informasi dan kredo. Istilah itu sekarang digunakan dengan penekanan khusus
pada media komunikasi massa. Terrenve Qualter mendefinisikannya sebagai “...
Usaha yang disengaja oleh beberapa individu atau kelompok melalui pemakaian
instrumen komunikasi dengan maksud bahwa pada situasi tertentu reaksi dari
mereka yang dipengaruhi adalah seperti apa yang diinginkan oleh sang
propagandis.
Kegiatan
hubungan masyarakat dan propaganda telah menjadi pembantu bagi profesi
diplomasi dan perang sejak profesi itu muncul. Negara-negara telah banyak yang
menyadari bahwa propaganda yang efektif suatu ketika bisa lebih berhasil dalam
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan daripada permusuhan kekuatan-kekuatan
yang bermusuhan atau pendudukan atau blokade wilayah musuh.
Tujuan
propagandis adalah untuk mempengaruhi pendapat dan mendorong munculnya suatu
aksi diantara para sasarannya. Ia tak tertarik untuk mendidik manusia, yang
menjadi sasaran propaganda untuk meningkatkan atau memperbaiki sikap tetapi
mengembangkan pendapat di antara mereka yang meskipun hanya berlangsung
singkat, bisa cukup untuk mendukun tindakan yang diinginkan pada saat yang
kritis. Tipr propaganda seperti ini telah selalu menjadi alat yang memudahkan
diplomasi.
Sejak
propaganda diterapkan dan diakui sebagai alat diplomasi yang penting terdapat
kontrovensi yang sengit mengenai hakikat propaganda itu misalnya, apakah
propaganda semacam itu harus berdasarkan pada kebenaran mutlak atau setengah
benar atau bahkan kepalsuan, apabila perlu, dan sesuai dengan tuntutan situasi.
Lord Canning mempunyai pendapat bahwa itu harus didasarkan pada kebenaran dan
keadilan.
Teknik
Propaganda :
Propaganda
seperti halnya komunikasi, sangat membutuhkan teknik. Tatap muka akan lebih
efektif dibanding dengan komunikasi lewat media massa. Berikut beberapa teknik
propaganda tersebut.
1. Name Calling
Adalah
propaganda dengan memberikan sebuah ide atau label yang buruk. Tujuannya adalah
agar orang menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa mengoreksinya /
memeriksanya terlebih dahulu. Salah satu ciri yan melekat pada teknik ini
adalah propagandis menggunakan sebutan - sebutan yang buruk pada lawan yang
dituju.
2. Glittering Generalities
Adalah
mengasosiasikan sesuatu dengan suatu “kata bijak” yang digunakan untuk membuat
kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksa terlebih dahulu. Teknih
propaganda ini digunakan untuk menonjolkan propagandis dengan mengidentifikasi
dirinya dengan segala apa yang serba luhur dan agung. Contoh ungkapan kata-kata
“demi keadilan dan kebenaran”. Teknik ini dimunculkan untuj mempengaruhi
persepsi masyarakat agar mereka ikut serta mendukung gagasan propagandis.
Kelemahannya sang propagandis kadang sangat menonjolkan dirinya dengan sebutan
agung dan luhur.
3. Transfer
Meliputi
kekuasaan, sanksi dan pengaruh sesuatu yang lebih dihormati serta dipuja dari
hal lain agar membuat “sesuatu” lebih bisa diterima. Teknik propaganda transfer
bisa digunakan dengan memakai pengaruh seseorang atau tokoh yangvpaling
dikagumi dan berwibawa dalam lingkungan tertentu.
4. Testimonials
Perkataan
manusia yang dihormati atau dibenci bahwa ide atau program/produk adalah baik
atau buruk.
5. Plain Folk
Propaganda
dengan menggunakan cara memberikan identifikasi terhadap suatu ide.
Mengidentikan yang dipropagandakan milik atau mengabdi pada komunitas.
6. Card Stacking
Meliputi
seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau kebingungan dan masuk
akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan
terburuk atau terbaik untuk suatu gagasan, program, manusia, dan barang.
7. Bandwagon Technique
Teknik
ini dilakukan untuk menggembar - gemborkan sukses yang dicapai oleh seseorang,
suatu lembaga atau suatu organisasi.
8. Reputable Mounthpiece
Teknik
yang dilakukan dengan mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan.
9. Using All Forms of Persuations
Teknik
yang digunakan untuk membujuk orang lain dengan rayuan, himbauan, dan
“iming-iming”.
Diplomasi Roy S.L
Komunikasi Propaganda Nurudin
Kritikal Review
Saya setuju dengan pendapat
Propaganda dan diplomasi menurut buku Roy S.L. Dimana dalam berdiplomasi
seorang diplomat harus mempunyai cara atau taktik tertentu agar sasaran-sasaran
yang dituju bisa masuk kedalam tujuannya. Meskipun ada teknik propaganda yang
kurang baik seperti mengatakan sesuatu yang belum benar kenyataannya, tetapi propaganda
apabila digunakan dengan tepat akan menghasilkan haslk yang baik. Seorang
propagandis akan dapat mempengaruhi audiens jika mempunyai informasi yang
akurat tentang audiens tersebut. Merunut Ivo D. Duchaek, propaganda yang penuh
kebenaran tidak akan berhasil. Seorang diplomat dalam menjalankan tugasnya
sudah pasti harus menguasai taktik ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar