Propaganda dan Diplomasi
Kali
ini saya akan membahas tentang propaganda dan diplomasi, sebelum membahas lebih
lanjut saya akan mencoba menjelaskan apa itu propaganda terlebih dahulu. Propaganda
menurut Terence Qualter, merupakan suatu usaha yang disengaja oleh beberapa
individu atau kelompok, melalui pemakaisan untrumen komunikasi dengan maksud
bahwa pada situasi tertentu reaksi dari mereka yang dipengaruhi adalah seperti
apa yang diinginkan oleh sang propagandis. Dalam definisi ini dapat terlihat
bahwa tujuan dari propaganda adalah untuk mengubah sikap, opini, dan tingkah
laku pihak lain dengan menggugakan metode komunikasi. Sebagai contoh salah satu
propaganda terbesar yaitu ketika muslim dikaitkan dengan teroris. Propaganda
ini dibuat oleh Amerika Serikat setelah peristiwa pengeboman gedung WTC, AS
menyerukan War on Terror kepada dunia
dan Negara-negara muslim dijadikan kambing hitam. Propaganda AS tersebut
membuat masyarakat dunia berfikir bahwa Negara-negara di Timur Tengah khususnya
Negara-negara muslim dianggap sebagai
negara pendukung terroris.
Propaganda
tidak hanya dilakukan sang propagandis secara langsung seperti contoh di atas.
Propaganda juga dapat dilakukan dengan metode lain seperti surat kabar, radio, hingga
film. Sebagai contoh, setelah munculnya isu terrorisme pada tahun 2011, AS
kemudian juga membuat film yang berjudul American
Sniper, dalam film tersebut terdapat propaganda yang menceritakan kisah
seorang penembak jitu yang berasal dari AS sedang menjalankan tugasnya di Irak.
Dalam film tersebut dapat terlihat adegan dimana seorang perempuan Irak yang
menggunakan hijab memberikan geranat kepada seorang anak kecil dan
memerintahkannya berlari kearah tentara AS, namun anak kecil tersebut berhasil
ditembak oleh tentara AS, kemudian perempuan tersebut mengambil kembali geranat
yang terjatuh dan berusaha meledakannya yang menyebabkan tentara AS membunuh
anak itu. Masih banyak lagi kekerasan yang dilakukan orang Irak dalam film ini.
Propaganda dalam film tersebut berhasil membuat masyarakat dunia khususnya
masyarakat Amerika dan Eropa menjadi lebih benci terhadap Negara-negara Muslim
di Timur Tengah.
Setelah kita membahas apa itu
propaganda, kita dapat memahami bahwa masyarakat pada umumnya tidak terlalu perduli
terhadap isu politik yang tidak mempengaruhi kehidupan sehari-harinya dan hanya
kaum elit politiklah yang terlibat. Tetapi dengan adanya propaganda. Masyarakat
dapat dipengaruhi melalui sistem komunikasi oleh sang propagandis. Dalam
diplomasi, propaganda juga dapat digunakan sebagai salah satu instrument yang
cukup kuat, karena ketika propaganda berhasil mempengaruhi pendapat masyarakat,
maka tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan kepentingan sang propagandis
akan lebih mudah karena adanya dukungan dari masyarakat dunia.
Saya akan memberikan contoh kasus
diplomasi yang menggunakan propaganda, yaitu ketika Amerika Serikat melakukan Intervensi
ke Negara-negara di Timur Tengah. Seperti yang terjadi pada awal konflik Suriah
ketika muncul kelompok pemberontak di Suriah, AS melihat bawa kelompok tersebut
pro dengan barat tidak seperti pemimpin mereka Bashar Assad yang lebih dekat
dengan Russia. Oleh karena itu AS menyebarkan propaganda yang membuat Bashar
Assad dapat terlihat bersalah di hadapan masyarakat dunia, agar ketika AS
membantu kelompok oposisi untuk menggulingkan rezim Bashar Assad, masyarakat
dunia berfikir bahwa yang dilakukan AS itu hal yang benar. AS sendiri
menggunakan media andalannya yaitu CNN sebagai alat propagandanya melalui
berita-berita yang menyudutkan Bashar Assad. Sebagai contoh ketika terjadi
ledakan bom di kota Homs, CNN langsung menurunkan beritanya dengan menempatkan
Bashar Assad sebagai pelaku pengeboman, padahal belum ada yang tau persis
apakah itu perbuatan Bashar Assad atau perbuatan kelompok oposisi. Dengan cara
sepeti itu akhirnya Bassar Assad akan terlihat kejam dimata dunia, yang
akhirnya AS mendapat dukungan untuk melakukan intervensi terhadap Suriah untuk
membantu pasukan oposisi menggulingkan rezim Bashar Assad dengan alansan hak
asasi manusia.
Menanggapi contoh kasus di atas
bagaimana AS melakukan intervensi ke Suriah, dapat kita lihat bahwa adanya
perpaduan antara propaganda dan diplomasi, dan bagaimana propaganda menjadi
intrumen yang sangat kuat untuk diplomasi. Propaganda yang dilakukan untuk
diplomasi, bila dilakukan dengan cara yang halus dan cerdik maka akan sangat
efektif digunakan. Seperti pada kasus diatas bagaimana AS menggunakan CNN untuk
menyebarkan berita yang menyudutkan Bashar Assad yang padahal belum tau benar
atau tidaknya. Tetapi pengaruh media sangat besar untuk merubah opini
masyarakat, sehingga AS yang sebelumnya tidak bisa melakukan intervensi,
setelah mendapat dukungan masyarakat karena kekejaman Bashar Assad, AS menjadi
punya alasan kemanusiaan untuk melakukan intervensi di Suriah. Sebenarnya
kejadian ini sama dengan apa yang terjadi di Irak dengan alasan nuklirnya, dan
juga di Libya dengan alasan yang sama dengan Suriah, yaitu alasan kemanusiaan.
Dengan melakukan propaganda seperti ini, akan sangat mudah bagi AS daripada
harus melakukan negosiasi dengan Negara lain agar mendapat persetujuan untuk
melakukan intervensi.
REFERENSI
Roy,
S.L. 1991. Diplomasi. Rajawali, Press. Jakarta.
Burdah,
Ibnu. 2008. Konflik Timur Tengah: Aktor, Isu, dan Dimensi Konflik. Tiara
Wacana. Yogyakarta.
http://www.guillaumenicaise.com/wp-content/uploads/2014/08/Gilboa_the-cnn-effect.pdf
diakses pada 21 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar