Tipe-tipe diplomasi dan Instrumen Diplomasi
Di
era globalisasi ini atau di zaman yang sudah modern ini diplomasi dikategorikan
menurut metode dalam hubungan-hubungan diplomatik. Kategori-kategori ini diberi
nama yang berbeda berdasarkan tipe nya. Tipe-tipe diplomasi ada berbagai macam
yaitu sebagai berikut:
1.
Diplomasi
komersial
Nicholson berkata bahwa konsep diplomasi
komersial, perdagangan atau shop keeper. Diplomasi ini merupakan diplomasi
borjuis atau diplomasi sipil yang didasarkan pada anggapan bahwa penyelesaian
kompromis antara mereka yang berselisih melalui negoisasi adalah “pada umumnya
lebih menguntungkan daripada penghancuran total musuh-musuh”. Melalui negoisasi
dan persetujuan untuk saling memberi konsesi, maka beberapa pengrtian kokoh
akan bisa dicapai. Tujuan utama diplomasi yang bermanfaat adalah untuk berusaha
mencapai suatu persetujuan melalui negoisasi. Pertimbangan utama diplomasi
peningkatan kepentingan nasional, ia harus berhubungan dengan pengertian
finansial yang di capai antara negara-negara pula. Dikarenakan revolusi
teknologi, aspek ekonomi dari diplomasi sekarang ini sedang memperoleh
perhatian yang makin besar. Maka setiap negara berusaha untuk memperbesar
sumberdaya ekonominya melalui diplomasi dan cara-cara damai. Dari instrumen
ekonomi ini, perdagangan dan perniagaan, pemberian sanksi bantuan ekonomi juga
telah menjadi alat diplomasi penting masa kini. Kita bisa menyebutnya sebagai
diplomasi komersial atau diplomasi melalui ekonomi, yaitu diplomasi yang
dikaitkan dengan faktor-faktor ekonomi.
2.
Diplomasi
demokratis
Dengan kelahiran era “diplomasi
terbuka”, sebuah tipe baru tampaknya telah membuat kemajuan besar. Tipe
diplomasi baru ini telah disebut sebagai “diplomasi demokratis”. Di sembarang
demokrasi penguasa yang berdaulat ditetapkan dalam wakil-wakil rakyat yang
dipilih. Tetapi sampai pada saat perang dunia I negoisasi diplomatik sering
dijadikan rahasia tidak hanya kepada masyarakat umum tetapi juga kepada
wakil-wakil terpilih. Hanya beberapa anggota pemerintah yang berpengaruh saja
yang diberi penjelasan rinci dari persetujuan-persetujuan itu. Dengan begitu
baik rakyat perancis demokratis maupun inggris demokratis tidak mengetahui
ketentuan-ketentuan lengkap dari aliansi perancis-rusia atau persetujuan yang
dicapai antara penguasa militer inggris dan perancis. Tetapi
ketentuan-ketentuan dalam perjanjian tersebut melibatkan rakyat untuk berperang
dalam perjanjian tersebut melibatkan rakyat untuk berperang dalam mendukung
sekutu-sekutu mereka. Tetapi setelah munculnya “diplomasi terbuka” gaungnya
telah menimbulkan tuntutan yang kuat bahwa diplomasi harus dijalankan secara
terus terang dan terbuka serta memperoleh pengawasan penuh dari publik.
Prinsip-prinsip bentuk pemerintahan demokrasi meminta bahwa dalam urusan-urusan
yang mempengaruhi kepentingan vital negara maka publik harus tetap diberitahu
mengenai tiap tahap negoisasi. Tetapi seorang diplomat harus selalu mencoba
mempertahankan hubungan yang terus menerus dengan departemen luar negeri
negaranya. Faktor terpenting yang membantu terwujudnya kontrol demokratis atas
diplomasi adalah masalah ratifikasi perjanjian oleh pihak legislatif. Perkembangan
diplomasi demokratis telah menimbulkan beberapa persoalan dalam praktek-praktek
diplomatik pula. Masalah pertama adalah publisitas, yaitu hubungan antara pers
dan kantor departemen luar negeri. Sebagaimana sifat pers yang bebas di negara
demokratis, ia sering menunjukkan perbuatan yang tidak bijaksana dalam
menyebarkan berita, pers yang diharapkan menyajikan maksud sesungguhnya dari
departemen luar negeri atau gambaran sebenarnya sebuah situasi, bisa
menegrjakan yang justru sebaliknya. Dengan munculnya diplomasi demokratis,
peranan yang dimainkan oleh negarawan politikus semakin tumbuh. Kontak-kontak
personal di antara para negarawan dari negara-negara yang sedang berunding
kadang-kadang diperlukan. Tetapi mereka juga menimbulkan pengharapan yang
berlebihan yang mungkin tetap tak terpenuhi.
3.
Diplomasi
totaliter
Totaliterianisme modern muncul
sesudah perang dunia I. Pertumbuhannya disebabkan oleh berbagai faktor. Antara
lain, nasionalisme ekstrim, nasionalisme ekonomi dan pertimbangan ideologis
adalah yang paling vital dalam mengembangkan kecenderungan totaliter.
Nasionalisme ekstrim berbicara berulang-ulang tentang pemujaan patriotisme dan
loyalitas kepada negara berapa pun harga pengorbanannya. Dalam mengejar politik
luar negeri dan hubungan-hubungan diplomatiknya, negara-negara totaliter
mempunyai kecenderungan yang tetap. Mereka biasanya menggunakan sikap agresif
dalam menghadapi rivalnya. Dalam hubungan diplomatiknya mereka menunjukkan
kekuatannya dan sering sikap yang kaku. Pada saat berunding, seluruh mekanisme
dilibatkan guna melaksanakan propaganda yang cerdik untuk menghadirkan
pandangan mereka kepada dunia dalam penjelasan-penjelasan yang menguntungkan
mereka. Untuk lebih memahami diplomasi totaliter, ada beberapa ciri menurut
Nicholson yang bisa membuat kita mudah untuk memahami diplomasi totaliter ini,
seperti:
§ Pembuat
keputusan tidak berada di bawah pengawasan rakyat. Satu orang atau kelompok
kecil bisa mengambil keputusan akhir dalam segala hal dalam waktu singkat.
§ Diplomat
yang dilibatkan dalam perundingan mempunyai instruksi khusus dan harus
mengikuti petunjuk yang diberikan atasannya.
§ Diplomat
mengetahui dengan tepat seberapa jauh ia bisa memberi atau mengakomodasi
pandangan pihak lain. Dalam Negara totaliter, kekuasaan tertinggi diterapkan
pada satu orang atau sedikit orang. Mereka bisa mengambil keputusan cepat tanpa
ada debat dalam legislatif atau forum luas lainnya. Kebocoran rahasia juga akan
terjamin.
Diplomasi
totaliter mempunyai kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan diplomasi
demokratis. kelebihannya adalah hanya karena diawasi oleh penguasa tunggal yang
tidak tunduk kepada pengawasan lembaga yang lebih besar dan oleh karenanya
diplomat mengetahui tepat seberapa jauh ia bisa memberi dan mengakomodasi
pandangan pihak lain. Diplomasi yang sukses itu punya kekuatan . diplomasi yang
gagal menggunakan semua daya dalam pelaksanaannya tidak memperoleh banyak hasil
dan tidak pula berperan sebagai sarana efektif untuk memecahkan konflik.
4.
Diplomasi
melalui konperensi
Diplomasi ini muncul secara
bertahap menjadi model mulai awal abad ke-20. Sebagai contoh Konferensi Hague
pada tahun 1899 dan 1907. Sejak Perang Dunia I bahwa jenis diplomasi ini mulai
memainkan peranan penting dalam hubungan internasional. Ada beberapa sebab
dibelakangnya. Selama perang banyak masalah penting yang membutuhkan keputusan
yang cepat di antara para partner perang, tetapi ini tidak mungkin dilakukan
dengan cara-cara komunikasi diplomatik yang biasa. Sesudah Perang Dunia I,
muncul tipe baru diplomasi melalui konferensi yang terorganisir dan permanen,
seiring dengan terbentuknya organisasi-organisasi internasional seperti LBB
(Liga Bangsa-Bangsa) yang kemuduan diikuti dengan terbentuknya PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa). LBB yang diciptakan sesudah Perang Dunia I,
bertindak sebagai forum internasional, dimana para para wakil negara-negara
membicarakan kepentingan yang saling menguntungkan atau bertentangan, dan
berusaha untuk memecahkannya melaui perundingan. LBB tidak dapat bertahan lama
karena semua negara besar dunia atau mayoritas negara-negara tidak pernah ikut
ke dalam Liga dan ketidakpatuhan negara-negara besar yang menjadi anggota untuk
menepati prinsip dan kesepakatan yang telah disetujui. Oleh karena itu, ia
tidak bisa disebut sebagai sebuah organisasi.
PBB
adalah dalam suatu arti, merupakan konferensi internasional yang permanen. Para
wail dari hampir semua negara di dunia, ditempatkan di markas besar organisasi
PBB. Kehadiran mereka membawa suasana yang cocok bagi negosiasi diplomatik. Ini
telah membawa perubahan revolusioner di bidang diplomasi konferensi.
Diplomasi multilateral atau
parlemen merupakan tipe diplomasi konferensi. Bentuk parlementer diplomasi
multilateral ini muncul sesudah Perang Dunia I dalam bentuk LBB dan muncul kembali
sesudah Perang Dunia II dalam bentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Keputusan mayoritas di PBB bagaimanapun terkadang bisa mempunyai efek terbatas
pada negra yang mempunyai bentuk demokrasi. Salah satu aspek penting lainnya
dari bentuk diplomasi ini yang perlu mendapat pertimbangan adalah partisipasi
negara-negara dalam persoalan yang di dalamnya mereka tidak terlibat secara
langsung. Berkebalikan dengan diplomasi tradisonla pada abad ke-19, kita
menjumoai negara-negara yang mengambil bagian dlam debat dan memberikan
suaranya atas masalah-masalah yang terutama lokal atau regional dan dimana
mereka tidak mempunyai kepentingan khusus. Di sini perlu dicatat bahwa revolusi
teknologi telah meningkatkan komunikasi antara berbagai bagian dunia. Akibatnya
dunia kita menjadi sing berhubungan dan saling bergantung hampir tidak ada
bagian dunia yang tidak terpengaruh oleh masalah besar atau sesuatu yang besar
yang sedang terjadi.
Karena diplomasi konferensi PBB
dilakukan di depan penglihatan umum, ia jga disebut “diplomasi publik”.
Meningkatnya pentingnya PBB, perkembangan teknologi, khususnya dibidang
komunikasi, dan sebagainya telah membantu berdirinya diplomasi publik pada
basis yang kuat. Diperkaya dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh oleh
kegiatan-kegiatan LBB. Seperti yang dikatakan oleh Sir Thomas Hovet Jr, “yang
mendasar bagi jenis diplomasi ini adalah keyakinan akan pentingnya pendapat
umum dunia. Dalam menekankan pentingnya pendapat umum pada politik
internasional. amerika serikat dan Uni Soviet saling bersaing dalam mendukung
gerakan-gerakan antikolonial karena pendapat umum dunia mendukung mereka pula.
AS dan Uni Soviet telah menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam memperinci
dan embicarakan proposal pelucutan senjata, tidak dengan harapan agar pihak
lain akan mau menerimanya tetapi tetap hanya untuk menghormati pendapat umum
dunia. Melalui LBB dan penerusnya PBB dan berbagai badan yang berafiliasi
kepadanya, diplomasi ini dapat melembaga. Pertemuan-pertemuan periodic
dewan-dewan dan Majelis PBB, bisa menambah peranan pihak-pihak yang tidak
tertarik yang bisa membantu mendamaikan pendapat-pendapat yang bertentangan
melalui arbitrasi.
5.
Diplomasi
diam-diam
Diplomasi ini sengaja dilakukan secara
diam-diam tanpa publikasi terlebih dahulu, sampai ketika dirasa aman dalam
mencapai kesepakatan, barulah hal ini dipublikasikan. Tidak di publikasikannya
diplomasi ini agar opini publik, khusunya dalam negeri, tidak merusak atau
mengagalkan rencana pemerintah. Istilah ‘diplomasi diam-diam’ sangat erat dikaitkan
dengan diplomasi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pertumbuhan dan meningkatnya
pengaruh PBB telah menyertakan dalam perjalanannya perkembangan-perkembangan
peranan penting Majelis Umum, Dewan Keamanan, dan beberapa badan lainnya telah
tumbuh dengan baik. Kontak diplomatik di PBB telah memberikan keuntungan karena
lebih informal, dan dengan begitu memberikan kerangka yang menyenangkan bagi
diplomasi diam-diam. Ada beberapa negara yang tidak memiliki hubungan
diplomatik dengan negara lain karena berbagai alasan. Negara semacam itu yang
tidak mempunyai hubungan diplomatik, bisa melakukan kontak melalui wakil
masing-masing dan bisa dengan diam-diam mencoba menyelesaikan
perbedaan-perbedaan mereka. Dengan begitu diplomasi diam-diam telah mulai
memperoleh peranan yang makin besar dalam politik dunia. Prosedur yang
dilaksanakan PBB tidak berbeda dengan praktek-praktek diplomasi modern. Dalam
periode transisi, dimana diplomasi rahasia tradisional telah ketinggalan zaman
tetapi dunia baru belum mampu menyesuaikan diri sepenuhnya kepada diplomasi
publik, diplomasi diam-diam mempunyai peran yang besar untuk dijalankan. Dalam
mengusahakan keberhasilan diplomasi ini, peranan sekretaris Jendral PBB sangat
besar sebagai katalisator dalam memudahkan diplomasi diam-diam serta sebagai
penengah bagi pertukaran informasi, pandangan dan sumber saran bagi negosiasi
dan rekonsiliasi. Seorang Sekretaris Jendal tidak diharapkan untuk memasuki
negosiasi kecuali diminta salah satu atau kedua belah pihak. Tetapi terkadang
Sekretaris Jendral mengambil inisiatif dan tidak menunggu permintaan bantuannya
untuk memudahkan perundingan sepertikasus misi Bek-Frus ke Kamboja dan
Thailand. Tetapi inisiatif Sekretaris Jendral dalam memasuki fase negosiasi
yang diam-diam ini sangat bergantung pada hubungan personal dengan
delegasi-delegasi terkait. Dengan ini bisa dikatakan bahwa Sekretaris Jendral
dalam melaksanakan diplomasi diam-diam adalah
berganda: bisa peran dalam tingkat-tigkat awal sebelum diskusi umum suatu
masalah; atau bisa memasuki fase-fase yang mengikuti sebuah diskusi umum.
Diplomasi
‘diam-diam’ adalah sebuah tipe baru diplomasi yang telah dikembangkan dengan
pertumbuhan dan perkembangan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Stoesinger mangatakan
bahwa ‘diplomasi diam-diam’ PBB telah menunjukkan bahwa pada zaman ‘perjanjian
terbuka dicapai secara terbuka’, tipe strategic diplomatik yang lebih kunp bisa
membuat kontribusi yang paling penting. Versi modern diplomasi rahasia ini
telah merupakan hasil langsung kegagalan multilateralisme baru. Sesunggunya
diplomasi ini hanya bisa subur dalam lingkungan badan dunia seoerti
Perserikatan Bangsa-bangsa di mana para wakil berbagai negara bisa berunding
secara diam-diam, tetapi tidak perlu secara rahasia, baik secara bilateral
maupun multilateral di luar pandangan publik. Diplomasi diam-diam, seperti
diplomasi publik, adalh perkembangan cara-cara diplomasi tersendiri dalam
Perserikatan Bangsa-bangsa.
6.
Diplomasi
preventif
Seperti diplomasi publik dan diplomasi
diam-diam “diplomasi preventif” juga telah tumbuh dari teknik-teknik baru
diplomasi yang berkembang di PBB. Diplomasi ini merupakan fungsi penetral untuk
dijalankan sejauh mungkin oleh negara-negara yang sikap tidak memihaknya dalam
perang dingin diimbangi oleh komitmen untuk membuat PBB sebagai penyeimbang
hubungan internasional yang efektif dalam era perang dingin. Diplomasi yang
dilakukan khususnya oleh negara-negara Dunia Ketiga untuk mencegah keterlibatan
superpower atau negara-negara besar dalam sebuah konflik lokal atau regional
dengan cara berusaha menyelesaikan sendiri persoalan ketegangan atau konflik
regional tersebut. Menurut Mochamad Bedjaoui diplomasi ini memiliki 3 tujuan
utama:
(1)
mencegah konflik antar pemerintah dan kelompok minoritas dalam suatu negara,
(2) mencegah perselisihan dan konflik secara terbuka,
(3)
mencegah penyebaran konflik sekecil-kecilnya apabila terjadi konflik,
(Djelantik,2008).
Diplomasi
preventif ini dapat dilakukan melalui jalur politik, militer, ekonomi, yang
dilakukan oleh pemerintah. Diplomasi preventif bukanlah hal baru. Diplomasi ini
selalu, atauhampir selalu ada pada semua masyarakat. Contohnya, perkawinan
antara dua kerajaan, membentuk aliansi politik, militer antara dua atau lebih
krajaan, mempertukarkan dan merumuskan kesepakatan, semuanya merupakan cara-cara
menjaga dan memperjuangkan kepentingan nasional. Diplomasi preventif bertujuan
untuk menjaga kepentingan diplomasi satu negara dan bukan mewujudkan perdamaian
kawasan. Pada abad sebelumnya, negara tidak ragu melakukan diplomasi preventif
ini untuk menjamin kepentingannya sendiri. Sering terjadi tindakan satu negara
untuk melindungi kepentingannya tidak sesuai dengan keinginan untuk memelihara
perdamaian kawasan. Diplomasi preventif semacam ini, disebut dengan “Diplomasi
Preventif Tradisional” dan masih berlangsung hingga saat ini (Djelantik,2008).
Negara-negara besar melakukan berbagai cara, diam-diam atau terang-terangan,
kepada negara lain, untuk mendapatkan keuntungan materil atau untuk memperoleh
konsensi perdagangan. Diplomasi preventif yang berbeda sama sekai diperkenalkan
dewasa ini. Aktifitas perdamaian dunia merupakan hal yang penting. Pada
prinsipnya upaya mengejar kepentingan nasional semata-mata telah dihapuskan,
sementara para pendukung diplomasi preventif baru lebih mementingkan penanganan
masalah secara global. Inilah hal mendasar yang membedakan diplomasi preventif
kontemporer dengan diplomasi preventif yang tradisional (Djelantik,2008).
Dewasa
ini dunia telah menjadi sebuah global village. Telekomunikasi membuat
perbatasan negara semakin memudar, polusi tidak mengenal perbatasan laut atau
batas daratan, dan perekonomian negara bergantung sepenuhnya pada sistem perekonomian dunia. Iklim tidak
didasarkan atas batas-batas teritorial negara. Keuangan dunia dan sistem pasar
bursa tidak dibatasi kedaulatan nasional dan batas geografis. Interdepedensi
merupakan ciri dunia saat ini. seperti yang diajarkan oleh para ekonom, bahwa
kejadian di suatu wilayah akan mempengaruhi wilayah dunia lainnya. Tidak ada
negara yang dapat hidup menyendiri sekarang. Semua negara sekarang bertetangga.
Kenyataan-kenyataan di atas harus disikapi oleh diplomasi preventif
kontemporer, baik melalui motivasi, tujuan, maupun tindakan. Data mendasar dlam
masalah-masalah internasional secara radikal berubah, sehingga diplomasi preventif
harus memperluas cara pandang masyarakat. Diplomasi seperti ini lebih sulit dan
rapuh. Diplomasi kontemporer yang tujuan dasarnya adalah untuk mewujudkan
perdamaian dunia secara global, universal, dan kolektif, tidak secara khusus
memotivasi negara yang tidak menghadapi ancaman nyata baik secara geografis
maupun politis, inilah yang menyebabkan diplomasi preventif kontemporer
terkadang masih diragukan kegunaannya (Djelantik, 2008). Ada sebuah peristiwa
pertama yang menunjukan pentingnya diplomasi preventif, yaitu laporan
Departemen Luar Negeri AS yang dipublikasikan sejak tahun 1991 mengenai
pembersihan etnis di bekas negara Yugoslavia. Konflik antar etnis dan agama di
Bosnia dan Herzegovia terjadi selama empat tahun. Negara-negara Eropa tidak mampu
melakukan diplomasi preventif untuk membatasi akibat yang lebih parah. Di
Kosovo, republik keenam dari bekas negara Republik Federal Yugoslavia,
tanda-tanda sudah tampak selama tiga tahun sampai konflik meluas menjadi
konflik terbuka. Tidak ada tindakan yang diambil untuk mencegah konflik antara
kaum minoritas Serbia dan kelompok mayoritas Muslim sampai dibom dijatuhkan
oleh NATO dan menelan banyak korban ratusan ribu pengungsi. Setelah perang
saudara di Rwanda yang menelan korban lebih dari satu juta orang, konflik
internal yang hampir sama mulai mengancam negara tetangganya, Burundi. Kampanye
diplomasi preventif dijalankan setengah hati oleh PBB, sementara masyarakat
internasional tidak peduli. Padahal masalah dunia, masalah internasional.
memang diplomasi preventif tradisional telah dilakukan, tapi tindakan tersebut
belum mencukupi.
7.
Diplomasi
sumber daya
Sumberdaya bahan-bahan mentah
penting seperti batu bara, besi, minyak, uranium, dan sebagainya memainkan
peranan penting dalam perkembangan industri. Bahan-bahan itu juga banyak
mendukung pertambahan kekuatan suatu negara. Inilah sebabnya mengapa kompetisi
terus-menerus terjadi untuk mendapatkan penguasaan atas daerah-daerah yang
banyak mempunyai bahan-bahan ini. Diplomasi sumberdaya dapat diterapkan oleh
negara-negara yang mempunyai bahan-bahan tersebut. Negara-negara yang kuat dan
maju dalam industri mereka bisa lebih memperkuat kemampuan industri dan
militernya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya sumberdaya ini. Tetapi bagi
negara yang belum maju dalam bidang industri ini, mereka bisa berusaha
memperoleh keuntungan dari negara-negara industri yang membutuhkan bahan-bahan
ini. Seperti negara-negara penghasil minyak telah bisa membentuk sebuah front
melalui OPEC. Sehingga negara-negara penghasil minyak telah berhasil memperoleh
banyak pengaruh terhadap negara-negara lain termasuk negara-negara yang sangat
maju yang tidak punya deposit minyak yang cukup di bumi mereka. Kedudukan
penting minyak dalam operasi ekonomi industri modern dan dalam melanjutkan peperangan
dengan sukses tak usah diragukan lagi. Beberapa negara industri maju telah
menyimpan minyak mereka sediri. Negara-negara lain seperti Jepang,
negara-negara Eropa Barat dan yang lainnya terutama tergantung pada minyak
impor.
Negara-negara Timur Tengah
menghasilkan minyak dalam jumlah besar. Negara-negara di wilayah ini lemah dan
rata-rata belum maju. Oleh karena itu, negara-negara kuat mampu memegang
kendali terhadap mereka. Rivalitas negara besar meyakinkan hal ini. Pada awal
desember 1919, sebuah laporan yang disimpulkan dari sebuah konferensi
Inggris-Perancis tentang Eropa Timur dan Timur Tengah diserahkan kepada Perdana
Menteri Clemenceau ‘Ia yang menguasai minyak menguasai superpower’. Lebih dari
enam puluh tahun konferensi sejak konferensi itu diadakan tetapi politik
penguasaan daerah kaya minyak ini masih tetap berlaku dalam tujuan politik luar
negeri negara-negara kuat. Sesudah masa Perang Dunia II pergulatan diplomatik
terjadi mengenai penguasaan minyak Iran. Tak lama sesudah perang Uni Soviet berusaha
untuk memperoleh konsensi minyak Iran. Cukup lama Inggris menguasai sumber
minyak Iran. Pada tahun 1951, pemerintah Iran menyatakan nasionalisasi kekayaan
pertambangan dan penyulingan milik Perusahaan Inggris-Iran. Nasionalisasi itu
menyebabkan krisis diplomatik yang akut. Inggris berusaha untuk menekan Iran
agar menunda nasionalisasi. Tetapi Iran tetap pada pendiriannya. Kesulitan
ekonomi pun dimulai diakibatkan diberhentikannya sumber minyak dan tekanan
kekuatan-kekuatan reaksioner dalam dan luar negeri menimbulakan krisis yang
menyebabkan jatuhnya Mossdeq, perdana menteri yang memimpin revolusi minyak.
Sesudah peristiwa ini penagruh Amerika meningkat dengan cepat di Iran dan
bertahan sampai lama dan mengurangi serta menghilangkan pengaruh Inggris dan
Rusia di negara itu. Untuk sementara Amerika dapat menciptakan dominasi yang
lebih besar terhadap minyak Timur Tengah.
Perang Yom Kippur tahun 1973 pada
saat negara-negara Arab melakukan embargo ekspor minyak. Dilakukan untuk
menghukum negara-negara Barat. Negara Arab dan non Arab yang memproduksi minyak
menaikkan harga mereka secara drastis dan karenanya memperparah krisis energy
dan menciptakan suatu perubahan besar dalam hubungan ekonomi antara
negara-negara maju dengan negara-negara penghasil minyak yang sedang
berkembang. Sekarang ini negara-negara OPEC menguasai lebih dari Sembilan puluh
dua persen penambangan bahan bakar minyak di wilayah mereka dibandingkan dengan dua puluh dua persen pada tahun 1973.
Negara-negara OPEC menaikkan harga minyak dengan cukup tinggi sehingga
meningkatkan pendapatan tahunan mereka dengan pesat. Negara-negara OPEC juga
menanamkan modal mereka dalam jumlah besar di negara-negara berkembang atau
memberi mereka pinjaman dengan jumlah besar. Dengan begitu minyak, emas cair,
memainkan peran vital dalam diplomasi internasional. Inilah sebabnya mengapa
dalam arena diplomatik dunia sekarang minyak memainkan peranaan penting dan
diplomasi minyak telah menjadi bagian proses diplomatik yang terkenal. Oleh
sebab itu, perlu sekali untuk kita melihat seberapa jauh negara-negara ini,
mengikuti contoh OPEC, bisa bergabung tawar menawar secara kolektif untuk
menaiki harga komoditi ini.
INSTRUMEN DIPLOMASI
Suatu
negara bisa mencapai tujuan-tujuan diplomatiknya melalui berbagai macam cara.
Menurut Kautilya, diplomasi bisa dilakukan dengan penerapan satu atau kombinasi
beberapa prinsip dari empat prinsip utama instrumen diplomasi yaitu sama, dana,
danda, dan bedha- perdamaian atau negosiasi, member hadiah atau konsesi,
menciptakan perselisihan, mengancam atau menggunakan kekuatan nyata.Tiga model
dalam rangka mencapai tujuan diplomatik, yaitu cooperation (kerjasama),
accommodation (penyesuaian), dan opposition (penentangan).Kerjasama dan
penentangan bisa dicapai dengan negosiasi yang membuahkan hasil. Apabila
negosiasi gagal mencapai tujuan melalui cara damai, penentangan dalam berbagai
bentuk termasuk penggunaan kekuatan diambil sebagai ganti. Ini bisa dianggap
sebagai sarana penting yang dipakai oleh diplomasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan (Roy 1991).
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat diambil dari review di atas bahwa salah satu fungsi diplomasi adalah
negoisasi. Diplomasi juga mempunyai ruang lingkup menyelesaikan
perbedaan-perbedaan dan menjamin kepentingan dari setiap negara melalui
negoisasi yang sukses. Diplomasi dilakukan untuk mencapai tujuan sesuai yang
diharapkan, salah satu tujuan diplomasi adalah melindungi kepentingan nasional
suatu negara. Untuk mencapai tujuan itu terdapat banyak tipe-tipe diplomasi
sebagai suatu cara yang dapat digunakan
dalam diplomasi, yaitu Diplomasi komersial bisa kita sebut sebagai diplomasi
melalui ekonomi, yaitu diplomasi komersial yang dikaitan dengan faktor ekonomi.
Saat ini kekuatan suatu negara semakin besar tergantung pada sumberdaya
ekonominya, Diplomasi Demokratis di sembarang demokrasi penguasa yang berdaulat
ditetapkan dalam wakil-wakil rakyat yang
dipilih, Diplomasi Totaliter, negara-negara totaliter mempunyai kecenderungan
yang tetap. Mereka biasanya menggunakan sikap agresif dalam menghadapi
lawannya. Dalam hubungan diplomatiknya mereka menunjukkan kekuatannya,
Diplomasi konferensi Diplomasi ini muncul secara bertahap menjadi model mulai
awal abad ke-20. Sebagai contoh Konferensi Hague pada tahun 1899 dan 1907.
Sejak Perang Dunia I bahwa jenis diplomasi ini mulai memainkan peranan penting
dalam hubungan internasional, Diplomasi diam-diam Diplomasi ini sengaja dilakukan secara
diam-diam tanpa publikasi terlebih dahulu, sampai ketika dirasa aman dalam
mencapai kesepakatan, barulah hal ini dipublikasikan, Diplomasi preventif
merupakan fungsi penetral untuk dijalankan sejauh mungkin oleh negara-negara
yang sikap tidak memihaknya dalam perang dingin diimbangi oleh komitmen untuk
membuat PBB sebagai penyeimbang hubungan internasional yang efektif dalam era
perang dingin, Diplomasi sumberdaya dapat diterapkan oleh negara-negara yang
mempunyai sumber daya alam yang besar. Negara-negara yang kuat dan maju dalam
industri mereka bisa lebih memperkuat kemampuan industri dan militernya dengan
memanfaatkan sebaik-baiknya sumberdaya ini. Jadi dalam tipe-tipe dan instrumen
diplomasi yang sudah dijelaskan menekankan cara yang lebih damai untuk
mempengaruhi suatu negara dalam membuat kesepakatan dan negoisasi terhadap
negara lain.
SUMBER
·
Roy, S.L. 1991.
Diplomasi. Rajawali, Press. Jakarta.
·
Djelantik, Sukawarsini.
2008. Diplomasi Antara Teori dan Praktik.Yogyakarta; Graha Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar