Kamis, 22 September 2016

Propaganda dan Diplomasi - Deriel Alfrialdi (2014230079)

Propaganda dan Diplomasi

            Ada beberapa definisi propaganda. Terrrance Quarter mendefinisikannya sebagai “usaha yang di sengaja oleh beberapa individu atau kelompok melalui pemakaian instrumen komunikasi dengan maksud bahwa pada situasi tertentu reaksi dari mereka yang dipengaruhi adalah seperti apa yang diinginkan oleh sang propagandis. Dalam definisi ini penekanan diletakkan pada tujuan mengubah sikap, opini dan tingkah laku pihak lain dengan menggunakan metode komunikasi. Oleh karena itu tujuan propaganda, menurut definisi ini, adalah untuk membujuk sasaran agar menerima pandangan si propagandis. Isi propaganda jarang yang benar sepenuhnya, meski juga tidak sepenuhnya palsu, seperti yang sering di duga.
Kegiatan hubungan masyarakat dan propaganda telah menjadi pembantu bagi profesi diplomasi dan perang sejak profesi itu muncul. Dalam definisi diplomasi yang di kemukakan oleh Chamber’s Twentieth Century Dictionary, Diplomasi sendiri menekankan terhadap seni berundingnya. Dalam masalah ini penulis mencoba menjabarkan peran propaganda dalam diplomasi, propaganda hanya bisa mendukung diplomasi apabila dilakukan dengan tepat. Diplomasi melalui komunikasi transnasional atau propaganda apabila tidak didukung oleh pengetahuan yang sempurna tentang psikologi manusia yang terlibat, sering gagal memperoleh hasil yang diinginkan, atau bahkan menimbulkan hasil yang berkebalikan, akibat pengetahuan yang kurang sempurna tentang sistem yang digunakan atau kesalahan pendekatan yang digunakan.
Propaganda memiliki 7 elemen penting, yaitu:
  1. Adanya komunikator untuk menyampaikan informasi
  2. Adanya komunikan untuk menerima informasi
  3. Terdapat kebijakan politik propaganda
  4. Pesan disampaikan dengan efektif
  5. Menggunakan teknik yang selektif
  6. Kondisi yang memungkinkan
Dalam point satu yaitu adanya komunikator untuk menyampaikan informasi, maksudnya adalah sebuah propaganda membutuhkan media untuk mendukung jalannya sebuah propaganda. Dalam buku yang di tulis oleh hitler, Mein Kampf. Di bagian awal ia memberi prioritas besar pada pembuatan propaganda  melalui radio, dan menyatakan dengan tegas bahwa masyarakat lebih mudah di setir dengan suara manusia, yang bisa disiarkan radio, daripada dengan sarana komunikasi lain. Menurutnya propaganda supaya berhasil harus mencoba menimbulkan emosi saja melalui “menginspirasikan fanatisme dan kadang-kadang histeria.” Pada zaman sekarang teknologi komunikasi dan informasi semakin maju, serta berkembang nya pemikiran baru untuk membuat sebuah propaganda yang lebih efektif. Salah satunya media yang efektif digunakan untuk membuat sebuah propaganda adalah film.
 Dalam review ini penulis akan mengangkat kasus propaganda yang dibuat oleh Amerika melalui sebuah film yaitu ”Black Hawk Down”. Film ini mempropagandakan tentang kasus kemanusiaan yang terjadi di somalia. Semenjak tragedi 11 september yang telah meluluh lantah kan gedung WTC dan pentagon, arah kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat telah bergeser dari politik luar negeri yang isolasionis menjadi intervensionis bahkan cenderung militeristik. Isu-isu terorisme yang berkembang saat itu membuat AS mulai menyebarkan kampanye anti terorisme di seluruh dunia. Amerika Serikat melalui politik luar negerinya juga memperaktekkan konsep “Preventive Strike”yang diusungnya yaitu menyerang dahulu sebelum  diserang. Dilihat dari kepentingan nasional serangan yang dilakukan AS ke Somalia sebagai upaya dari AS sendiri untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Kita tahu bahwa AS merupakan Negara yang sangat vokal dalam menyebarkan kampanye anti terorisme. AS mensinyalir adanya jaringan terorisme Al-Qaeda di Somalia. Bahkan AS melalui agen-agen intellegennya menduga bahwa terdapat tokoh-tokoh Al-Qaeda dan dua diantaranya adalah Fazul Abdullah Mohammed, dan Saleh Ali Saleh Nabhan. Jadi kepentingan AS di Somalia adalah untuk memerangi terorisme. Dalam proses membuat sebuah propaganda akan kasus di somalia Pemerintah Amerika mengadakan  pertemuan dengan insan perfilman Hollywood. Pertemuan  yang berlangsung selama 2 jam tersebut bertempat di Peninsula Hotel di Beverly Hills. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Karl Rove, Penasehat Politik utama George W. Bush, dan dihadiri oleh figur-figur paling berpengaruh di Industri perfilman Amerika. Hasil dari pertemuan tersebut adalah, perubahan naskah film Black Hawk Down dan beberapa scene yang dihilangkan seperti scene yang mempertanyakan tentang alasan keterlibatan amerika dalam perang di somalia. Dan mengapa hanya satu warlord yaitu jendral mohammad farrah aidid yang diincar oleh amerika.
Dalam hal ini penulis mencoba mengkritik tentang propaganda yang dibuat AS melalui film Black Hawk Down, propaganda pada awalnya tidak diakui sebagai instrumen diplomasi yang efektif, sebab dalam sebagian besar masyarakat pada umumnya tetap apatis terhadap setiap isu politik yang tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Selain itu kemajuan informasi yang semakin berkembang juga akan mempengaruhi pola pikir masyarakat internasional yang lebih kritis akan setiap isu internasional.
Sumber:
Roy, S.L 1991. Diplomas. Rajawali, Press. Jakarta.
Holsti, K.J. 1987. Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis. Binacipta. Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar